Senin, 04 November 2013

PAKAN ALAMI



PAKAN ALAMI
diolah dari berbagai sumber
Pengertian : Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pkan almi biasanya adalah oeganisme yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan alami makin banyak jenisnya mulai dari plangton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami bisa di dapat dengan jalan budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung denga musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu di Budidayakan.
Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah larva belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut larva masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya : inforia, Dapnia, Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut larva.
JENIS PAKAN ALAMI
Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung
pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang
dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d)
Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j)
Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
Keuntungan: Banyak pakan hidup merupakan pakan alami ikan yang bersangkutan atau setidaknya setara dengan pakan alaminya. Pakan tersebut  mengandung banyak serat sehingga pencernaannya akan tetap terjaga dengan baik.  Pakan hidup dapat membantu ikan untuk memasuki kondisi kawin dan  merangsang masa kawin, terutama, pada spesies-spesies yang masa kawinnya di alam didahului dengan meningkatnya pesediaan pakan hidup.
Kerugian: Seringkali pakan hidup bersifat musiman, sehingga pada saat tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutera (Tubifex sp), yang hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri terhadap lingkungan akuarium.  Hama seperti larva capung atau hydra bisa secara tidak sengaja ( melalui Daphnia atau Cyclops) masuk ke akuarium dan memangsa burayak.
MANFAAT
a) Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam
bentuk bibit maupun dewasa.
b) Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya
zooplankton.
c) Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat
mencermelangkan kulitnya.
d) Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal
kuantitas maupun kualitas.
I. PENDAHULUAN
Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta. Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan pekarangan.
Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost, Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar, Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan alami/kutu air.
Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60 – 70%.
Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikan pakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenis Infusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuran mulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina, sedangkan pada tahap akhir sampai ikan siap tebar bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan hias maupun ikan konsumsi. Petani ikan di daerah Jakarta biasanya memenuhi kebutuhan pakan alami dengan membeli Artemia maupun mencari jenis pakan lokal seperti Moina dan Daphnia ke danau atau situ. Penggunaan pakan alami Artemia saat ini sangat tidak ekonomis, karena selain pengadaannya sulit juga sangat mahal. Selain itu pengadaan pakan dari alam tidak terjamin baik ketersediaan maupun kemurniannya. Pengambilan pakan dari alam ini juga beresiko membawa bibit penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan.
Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi sendiri juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan. Penghematan waktu, tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi pakan alami dilakukan dengan baik.
II. PAKAN ALAMI
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp.
Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan “air susu ibu” bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita.
Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOApXsoEsTOTuWtpXsN2-tDd4HEh6pnZEMynZHZKZmOaffuzjuyP7gqWMILT8tDbYsckjBGF5GFkILIsVI8IRc9pdVfg1njQG3uYkxIj6VaGxUoIg0lWpV9Ge2ZhHdIkPmzcEZYcUVVl0/s400/8.bmp1. Moina
Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama “kutu air”. Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 – 1,8 mm dan berwarna kemerahan.
Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari.
Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZmneHNo2HSf0e6PVr9zmBsoiNHJIqUqZrTfpzY7nJciT4h7Mgz8ansLuA35Bau95BDUm-w6zKiFrN-5OPIquv6Mw9RiGZ7NB0ejPyMO2bFjmLdYWVgyle9qnTM6QFeWAwFhTg62WTr2g/s400/7.bmp2. Daphnia
Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.
Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 – 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus.
Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH0iO5BfWvKeckyLOMjtFiv5uiFie_NxbpWLgrSTqtDRd7HV3gH4iKmrLcgFHY4zCb1nXqD483l7VgnnIaCA2b2TVeOJFIWDNLSCj1f0XyPuXxSRGkcwO5QVu5pwsFv9q8QwBmx5ntYpQ/s400/6.bmp
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1KftETww_vC2KuXmcbYwwhZAScOS1cBKCWwK6gDWg5LYkdcFOeJLilCCXr7LzdJZhQoBD7szPj-aZeGOBUh8AcPGQo6WYqFUYUX6Wph7XbU66HQVYXy0XuXaMwjXM_xirZFcpVGjDMS8/s400/5.bmp
III. PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI

1. Tujuan Produksi Pakan Alami :
* Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang usaha pembenihan ikan ekonomis penting.
* Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil
* Budidaya secara massal.
* Menekan pengeluaran biaya dan penggunaan tenaga serta waktu dalam penyediaan pakan alarm.
* Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam.
2. Produksi Massa Infusoria
A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain :
- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan)
- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah pisang (gunakan salah satu media).
- Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.
- Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria
B. Pelaksanaan :
- Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter
- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang) kedalam ember sebanyak 250 – 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan diikat.
- Tambahkan sekitar 2 – 3 gayung (1 – 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan bibit Infusoria yang akan dibudidayakan
- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak diinginkan.
- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk atau hewan lain masuk ke dalamnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1sKO9NSexCOqWayUMea_7whvLzP5xHXSA_DCxpCMq-GZBu8yaiv29586lDY3FgnERATGX_tYfKTRgghDkONjuy1qG42LV8hG6_ych9FVdhc-AFh0s9xlvXc5p6HhLDNmp-kxjXRJu_Qc/s400/4.bmpC. Pemanenan :
- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik (puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5)
- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk diberikan pada benih ikan.
- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan alami Infusoria hanya berlangsung selama 2 – 3 hari.
Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan. Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral. Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria.
Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan derajat kehidupan benih menjadi 80 – 90%.
Tabel 2. Keadaan pH dan Jenis Infusoria dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan Alami.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDe9GTShCI9hwiSu6rJ04ltBVpNn_g9rImS_vSN1PeeZZbY21bENW3KZ6db8M3mrgnMFhOwTWZZD9W-41YU5qivPMEJTbOr7RAmV0ZdLWncBi3uVoNDfJTok4iLamurDt5i8_fqX-K-6I/s400/3.bmp

3. Produksi Massal Moina/Daphnia
A. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter.
- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing 1-1,5
kg/m3 air media)
- Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.
B. Pelaksanaan :
- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 – 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari pengaruh langsung sinar matahari.
- Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
- Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya.
- Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 – 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.
C. Pemanenan
- Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 .
- Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu setelah pemupukan awal .
Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200 – 400 gr/m3 air.
Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap hari mulai hari ke-21 selama tiga minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari.
http://defishery.files.wordpress.com/2009/11/2.jpg?w=253
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtiB3m8daMfjEu0uT79HPQq0rtQTRh47vLDnmsn5x-W8lhH-xM6FPvIZBd7YuI_97WC5-fLkm9sHwSRjFzbN2IkHfszqvYsDlzNDvla_4cv-ehBLeXo-3125d42rx-x4YGZGw8PT9waRo/s400/1.bmp
DAFTAR PUSTAKA
Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 – 20.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17- 24
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp of Giant
Gouramy Larvae. in Chorn Lim (eds) Fish ang feed Technology research in
Indonesia- RIFCA. Ministry of Agriculture Indonesia. P. 107 – 112

ai sumber


Pengertian : Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pkan almi biasanya adalah oeganisme yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain. Pakan alami makin banyak jenisnya mulai dari plangton, hewan kecil, serangga, larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami bisa di dapat dengan jalan budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam sangat bergantung denga musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah pakan alami perlu di Budidayakan.
Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah larva belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut larva masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya : inforia, Dapnia, Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut larva.
JENIS PAKAN ALAMI
Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung
pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang
dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d)
Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j)
Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
Keuntungan: Banyak pakan hidup merupakan pakan alami ikan yang bersangkutan atau setidaknya setara dengan pakan alaminya. Pakan tersebut  mengandung banyak serat sehingga pencernaannya akan tetap terjaga dengan baik.  Pakan hidup dapat membantu ikan untuk memasuki kondisi kawin dan  merangsang masa kawin, terutama, pada spesies-spesies yang masa kawinnya di alam didahului dengan meningkatnya pesediaan pakan hidup.
Kerugian: Seringkali pakan hidup bersifat musiman, sehingga pada saat tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutera (Tubifex sp), yang hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri terhadap lingkungan akuarium.  Hama seperti larva capung atau hydra bisa secara tidak sengaja ( melalui Daphnia atau Cyclops) masuk ke akuarium dan memangsa burayak.
MANFAAT
a) Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam
bentuk bibit maupun dewasa.
b) Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya
zooplankton.
c) Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat
mencermelangkan kulitnya.
d) Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal
kuantitas maupun kualitas.
I. PENDAHULUAN
Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta. Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan pekarangan.
Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost, Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar, Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan alami/kutu air.
Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60 – 70%.
Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikan pakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenis Infusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuran mulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina, sedangkan pada tahap akhir sampai ikan siap tebar bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan hias maupun ikan konsumsi. Petani ikan di daerah Jakarta biasanya memenuhi kebutuhan pakan alami dengan membeli Artemia maupun mencari jenis pakan lokal seperti Moina dan Daphnia ke danau atau situ. Penggunaan pakan alami Artemia saat ini sangat tidak ekonomis, karena selain pengadaannya sulit juga sangat mahal. Selain itu pengadaan pakan dari alam tidak terjamin baik ketersediaan maupun kemurniannya. Pengambilan pakan dari alam ini juga beresiko membawa bibit penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan.
Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi sendiri juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan. Penghematan waktu, tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi pakan alami dilakukan dengan baik.
II. PAKAN ALAMI
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp.
Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan “air susu ibu” bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita.
Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOApXsoEsTOTuWtpXsN2-tDd4HEh6pnZEMynZHZKZmOaffuzjuyP7gqWMILT8tDbYsckjBGF5GFkILIsVI8IRc9pdVfg1njQG3uYkxIj6VaGxUoIg0lWpV9Ge2ZhHdIkPmzcEZYcUVVl0/s400/8.bmp1. Moina
Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama “kutu air”. Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 – 1,8 mm dan berwarna kemerahan.
Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari.
Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZmneHNo2HSf0e6PVr9zmBsoiNHJIqUqZrTfpzY7nJciT4h7Mgz8ansLuA35Bau95BDUm-w6zKiFrN-5OPIquv6Mw9RiGZ7NB0ejPyMO2bFjmLdYWVgyle9qnTM6QFeWAwFhTg62WTr2g/s400/7.bmp2. Daphnia
Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.
Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 – 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus.
Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH0iO5BfWvKeckyLOMjtFiv5uiFie_NxbpWLgrSTqtDRd7HV3gH4iKmrLcgFHY4zCb1nXqD483l7VgnnIaCA2b2TVeOJFIWDNLSCj1f0XyPuXxSRGkcwO5QVu5pwsFv9q8QwBmx5ntYpQ/s400/6.bmp
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1KftETww_vC2KuXmcbYwwhZAScOS1cBKCWwK6gDWg5LYkdcFOeJLilCCXr7LzdJZhQoBD7szPj-aZeGOBUh8AcPGQo6WYqFUYUX6Wph7XbU66HQVYXy0XuXaMwjXM_xirZFcpVGjDMS8/s400/5.bmp
III. PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI

1. Tujuan Produksi Pakan Alami :
* Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang usaha pembenihan ikan ekonomis penting.
* Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil
* Budidaya secara massal.
* Menekan pengeluaran biaya dan penggunaan tenaga serta waktu dalam penyediaan pakan alarm.
* Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam.
2. Produksi Massa Infusoria
A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain :
- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan)
- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah pisang (gunakan salah satu media).
- Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.
- Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria
B. Pelaksanaan :
- Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter
- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang) kedalam ember sebanyak 250 – 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan diikat.
- Tambahkan sekitar 2 – 3 gayung (1 – 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan bibit Infusoria yang akan dibudidayakan
- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak diinginkan.
- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk atau hewan lain masuk ke dalamnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1sKO9NSexCOqWayUMea_7whvLzP5xHXSA_DCxpCMq-GZBu8yaiv29586lDY3FgnERATGX_tYfKTRgghDkONjuy1qG42LV8hG6_ych9FVdhc-AFh0s9xlvXc5p6HhLDNmp-kxjXRJu_Qc/s400/4.bmpC. Pemanenan :
- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik (puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5)
- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk diberikan pada benih ikan.
- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan alami Infusoria hanya berlangsung selama 2 – 3 hari.
Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan. Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral. Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria.
Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan derajat kehidupan benih menjadi 80 – 90%.
Tabel 2. Keadaan pH dan Jenis Infusoria dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan Alami.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDe9GTShCI9hwiSu6rJ04ltBVpNn_g9rImS_vSN1PeeZZbY21bENW3KZ6db8M3mrgnMFhOwTWZZD9W-41YU5qivPMEJTbOr7RAmV0ZdLWncBi3uVoNDfJTok4iLamurDt5i8_fqX-K-6I/s400/3.bmp

3. Produksi Massal Moina/Daphnia
A. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter.
- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing 1-1,5
kg/m3 air media)
- Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.
B. Pelaksanaan :
- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 – 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari pengaruh langsung sinar matahari.
- Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
- Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya.
- Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 – 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.
C. Pemanenan
- Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 .
- Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu setelah pemupukan awal .
Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200 – 400 gr/m3 air.
Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap hari mulai hari ke-21 selama tiga minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari.
http://defishery.files.wordpress.com/2009/11/2.jpg?w=253
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtiB3m8daMfjEu0uT79HPQq0rtQTRh47vLDnmsn5x-W8lhH-xM6FPvIZBd7YuI_97WC5-fLkm9sHwSRjFzbN2IkHfszqvYsDlzNDvla_4cv-ehBLeXo-3125d42rx-x4YGZGw8PT9waRo/s400/1.bmp
DAFTAR PUSTAKA
Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 – 20.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17- 24
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp of Giant
Gouramy Larvae. in Chorn Lim (eds) Fish ang feed Technology research in
Indonesia- RIFCA. Ministry of Agriculture Indonesia. P. 107 – 112