Jumat, 13 September 2013

Alat Tangkap Trawl

 I PENDAHULUAN

Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ atau pun “mengelilingi seraya menarik“. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik, maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata ”trawl” saja (Fiqrin, 2012).
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal (baca :kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar” (Fiqrin, 2012).
Pukat udang merupakan hasil modifikasi dari pukat harimau, sebagaimana telah diketahui bahwa pengoperasian pukat harimau dibeberapa daerah telah dilarang antara lain laut Jawa, Sumatera dan Bali sedangkan dibeberapa daerah lainnya jumlahnya dikurangi atau dibatasi (Chandra Nainggolan, 2007).




 II PEMBAHASAN

2.1. Kapal Pukat Udang
Berdasarkan segi operasinya dikenal ada tiga jenis trawl, yaitu sebagai berikut:
1.      Stern trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya ditarik pada sisi kapal.
2.      Side trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3.      Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang   pada kedua lambung kapal.
Kapal-kapal trawl cenderung lebih banyak memakai cara Sterntrawl sungguhpun kapal-kapal Sidetrawl masih ada juga yang beroperasi. (Mallawa, et. al., 2004). Kapal yang juga digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap trawl cukup bervariasi baik ukuran, bentuk serta bahan yang digunakan. Ukuran kapal cukup beragam mulai dari 15 GT sampai yang mencapai lebih dari 1000 GT. Kapal trawl ada juga yang terbuat dari kayu, (umumnya kapal kecil) dan dari baja (umumnya kapal yang berukuran besar). Konstruksi kapal trawl bervariasi dengan jenis dan pengoperasian alat tangkap, yaitu Sterntrawl dan Double rig trawl (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal trawl pada umumnya memiliki persyaratan khusus, sehingga dapat mengoperasikan alat tangkap dengan baik sebagai berikut:
·         Memiliki geladak buritan yang luas
·         Memiliki tenaga mesin utama yang besar
·         Mampu mengolah gerak dengan baik dan lincah.
Gambar 1.Kapal Trawl

2.2. Alat Tangkap Trawl
Alat tangkap trawl dianggap sebagai pengembangan lanjutan dari jaring kantong (Bagnet) ditarik, dredge dan Beamtrawl. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan khusus untuk menangkap biota dasar laut atau sekurang-kurangnya didekat dasar perairan. Pentingnya metode penangkapan ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa trawl telah dikembangkan dalam berbagai variasi dan yang berukuran kecil, “Baby trawl” hingga yang terbesar yang memiliki bukaan mulut yang lebih tinggi dari rumah yang harus ditarik oleh kapal yang bertenaga tinggi. Akhir abad 19 yang lalu, trawl dalam berbagai khusus merupakan suatu metode penangkapan ikan yang membutuhkan energi tinggi untuk menariknya pada kecepatan kapal yang cukup (Ardidja Supardi, 2000).
Efisiensi trawl akan ditingkatkan sebanding dengan ukuran alat, semakin besar alat juga mengandung arti memerlukan energi yang lebih besar, sebaliknya semakin besar trawl akan memerlukan kapal yang bertenaga besar agar ekonomis, hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengembangan lanjutan yang diiringi dengan semakin meningkatnya bahan-bahan bakar. (Ardidja Supardi, 2000).

2.3 Sejarah Alat Tangkap Trawl
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asalmula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.

2.4 Bagian-bagian Alat Tangkap Trawl
   2.4.1 Tali Ris Atas
Tali ris atas biasa disebut juga dengan Head rope. Tali ris atas trawl umumnya terbuat dari baja yang dibalut dengan benang (Compaud tape) pada tali ris atas dipasang pelampung yang berbentuk bola. Jumlah dan ukurannya tergantung dari besarnya alat tangkap. Jumlah pelampung serta cara penyusunannya pada tali ris atas akan sangat berpengaruh pada bentuk pembukaan mulut jaring ketika dioperasikan di laut. Ukuran alat tangkap sering digunakan dengan panjang atau pendeknya tali ris atas maupun tali ris bawah dari trawl. (Nainggolan Chandra, 2007).
2.4.2 Tali Ris Bawah
Tali ris bawah ini disebut dengan Ground rope atau Foot rope. Tali ris bawah trawl biasanya terbuat dari kawat baja yang dibalut benang. Umumnya bahan tali ris bawah sama dengan tali ris atas, dimana pada tali ris bawah dipasang pemberat yang berfungsi memberi gaya vertikal ke bawah untuk membuka mulut jaring. Pemberat yang digunakan pada pukat udang adalah rantai atau logam. Fungsi rantai sebagai pemberat juga merupakan alat pengejut dan pengaduk lumpur di dasar perairan sehingga udang-udang yang bersembunyi di lumpur keluar dan dapat ditangkap oleh pukat udang. Bahan yang digunakan sebagai pemberat adalah campuran logam dan karet, bahan-bahan campuiran ini juga disebut sebagai gelondongan karet yang berbentuk seperti bola atau silinder (bobbin). Perbedaan yang sangat mencolok antara pukat ikan dan pukat udang adalah penggunaan pemberat atau tali ris bawah di mata pukat udang menggunakan rantai atau logam lain sedangkan pada pukat ikan menggunakan bobbin (Nainggolan Chandra, 2007).
2.4.3 Sayap (Wing)
Sayap biasanya juga disebut sebagai wing. Sayap adalah bagian dari jaring (lembaran jaring) yang ada di sisi kiri dan kanan badan jaring, sayap trawl pada umumnya lebih menjorok kedepan jika dibandingkan dengan posisi mulut jaring. Fungsi sayap adalah untuk menggiring ikan atau udang yang akan ditangkap agar dapat masuk kedalam mulut jaring. Sayap juga berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board), ukuran mata jaring (Mesh size) yang digunakan pada sayap biasanya lebih besar dari ukuran mata jaring yang digunakan pada badan jaring (Nainggolan Chandra, 2007).
    2.4.4 Badan Jaring
Badan jaring adalah bagian alat tangkap yang terdapat antara sayap dengan kantong atau mulai dari mulut jaring sampai dengan kantong. Badan jaring terdiri dari dua bagian utama yaitu punggung dan perut jaring. Pukat udang biasanya pada badan jaring dibagian belakang dipasang Alat Pemisah Ikan (API) atau sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED). Ukuran mata jaring pada bagian badan jaring lebih besar dari ukuran mata jaring pada bagian kantong (Nainggolan Chandra, 2007).
2.4.5 Kantong (Cod end)
Kantong adalah bagian jaring yang paling belakang (ujung), kantong disebut juga sebagai kantong (Cod end). Kantong berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan yang masuk ke dalam jaring. Ukuran mata jaring pada bagian kantong pada umumnya adalah yang paling kecil dibandingkan ukuran mata jaring bagian lain, namun ukuran benang yang digunakan untuk membuat kantong pada umumnya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada bagian jaring lainnya. (Nainggolan Chandra, 2007).
2.4.6 Papan Pembuka Mulut Jaring (Otterboard)
Papan pembuka mulut jaring (Otter board) adalah peralatan yang membantu untuk membuka mulut trawl terbuka pada saat alat dioperasikan (ditarik oleh kapal), karena memberikan gaya horizontal ke sisi luar mulut jaring. Satu unit alat tangkap trawl menggunakan sepasang papan pembuka mulut jaring (Otter board) di sayap kiri dan sayap kanan trawl.
Prinsip kerja papan pembuka mulut jaring(Otter board) pada dasarnya sama dengan layangan di udara, layangan naik ke udara karena adanya gaya yang dibebankan oleh angin, sedangkan pada papan pembuka mulut jaring(Otter board) karena adanya tekanan gaya akibat “gerakan air laut” yang disebabkan oleh bergeraknya papan pembuka mulut jaring (Otter board) di dalam air yang ditarik kapal yang mengoperasikan alat tangkap trawl. Papan pembuka mulut jaring (Otter board) terbuat dari papan atau baja. Alat tangkap yang berukuran relatif besar (Head rope lebih besar dari 20 m), pada umumnya menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari baja dan ukuran papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang digunakan relatif besar. Alat tangkap trawl yang berukuran relatif kecil masih banyak yang menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari kayu (Nainggolan Chandra, 2007).
   2.4.7 Tali Penarik (Warp)
Tali penarik (warp) adalah tali yang menghubungkan antara alat tangkap dan kapal pada saat alat tangkap trawl dioperasikan. Tali yang digunakan biasa terbuat dari serat alami, bahan sintetis atau dari baja talipenarik (warp). Dewasa ini, pada kapal trawl yang terbuat dari baja pada umumnya menggunakan tali penarik (warp) yang terbuat dari baja untuk menarik alat tangkap, karena memiliki kekuatan putus (Breaking strength) yang lebih besar dibandingkan dari bahan serat alami atau sintesis. Kapal trawl yang terbuat dari kayu umumnya menggunakan tali dari bahan sintesis. Kapal trawl pada umumnya, tali penarik dihubungkan (digulung dan diulur) oleh Trawl winch, yang menggunakan sistem tenaga hidrolik untuk menurunkan dan menaikan alat tangkap trawl dari dalam perairan ke atas geladak kapal. Tali penarik (warp)dari Trawl winch diikatkan pada masing-masing papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terdapat pada kedua sayap alat tangkap trawl (Nainggolan Chandra, 2007).
   2.4.8 Net Pendant (Bridle line)
Net pendant (Bridle line) adalah tali atau warp yang menghubungkan antara jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board). Net pendant (Bridle line) pada umumnya terbuat dari baja dan ukurannya lebih kecil dari diameter tali penarik (warp) yang digunakan. Panjang net pendant (jarak antara jaring dan Otterboard) sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal lainnya, namun pada umumnya lebih dari 20 m (Nainggolan Chandra, 2007).
   2.4.9 Alat Pemisah Ikan (API)
Alat Pemisah Ikan (API) dan sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED) adalah suatu alat yang dipasang untuk memisahkan dan mengeluarkan dari dalam jaring biota laut jenis tertentu, misalnya seperti kura-kura, dapat keluar dari trawl meskipun sudah masuk ke badan jaring pada saat alat tangkap dioperasikan di laut. Alat Pemisah Ikan (API) pada dasarnya bukan bagian dari alat tangkap trawl namun sebagai alat tambahan. Alat Pemisah Ikan (API) pada umumnya terbuat dari kerangka besi yang dirancang secara khusus, dipasang pada badan alat tangkap trawl di bagian belakang (Nainggolan Chandra, 2007).

2.5 Daerah Penangkapan (Fishing ground)
Trawl adalah alat tangkap yang aktif, dimana kapal yang menarik alat tangkap bergerak mengejar ikan sehingga masuk ke dalam jaring, oleh karena itu kecepatan kapal dalam menarik alat tangkap pada umumnya adalah lebih besar dari kecepatan renang rata-rata ikan yang tertangkap, disamping itu bentuk alat tangkap trawl dirancang secara khusus sehingga memiliki sayap yang menggiring target kearah mulut jaring atau mencegah ikan lari ke arah samping (sisi kiri dan kanan alat tangkap). Alat tangkap trawl dapat dioperasikan disekitar pantai atau pun diperairan yang jauh dari pantai. Umumnya alat tangkap trawl dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman yaitu:
1.      Disekitar permukaan menggunakan pukatpermukaan (Surface trawl)
2.      Dipertengahan perairan dengan pukat pertengahan (Mid water trawl)
3.      Disekitar dasar atau di dasar perairan menggunakan pukat dasar (Bottom trawl).
Dasar perairan yang menjadi daerah penangkapan ikan pada alat tangkap trawl adalah:
1.      Bukan daerah berkarang
2.      Khusus untuk terutama pukat dasar (Bottom trawl) relatif ditandai dengan pertukaran dasar perairan tidak bergelombang atau berbukit-bukit, tidak berkarang dan memiliki dasar pasir, lumpur atau campuran antara ke duanya.
Keberhasilan dalam menentukan daerah penangkapan untuk trawl sangat berkaitan erat dengan pengetahuan akan ruaya (migrasi) ikan. Pengetahuan mengenai biologi, oceanografi dan sifat-sifat serta kebiasaan hidup ikan atau udang yang menjadi target tangkapan upaya menentukan Fishing ground yang baik biasanya menggunakan berbagai alat Bantu, baik yang sifatnya untuk mencari gerombolan ikan (alat deteksi di dalam air seperti Fish finder atau Sonar) ataupun alat bantu yang digunakan untuk mengetahui kondisi perairan yang disukai oleh target tangkapan (Nainggolan Chandra, 2007).

2.6 Persiapan Operasi Penangkapan
Persiapan operasi alat tangkap trawl dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan ketika kapal masih berada di pelabuhan sebelum kapal berangkat ke laut.
2. Persiapan operasi penangkapan kapal sudah berada di laut sesaat sebelum alat tangkap digunakan.(Nainggolan Chandra, 2007).
2.6.1 Penurunan Alat Tangkap (Setting)
Kegiatan Penurunan alat tangkap(setting) dilakukan di geladak belakang, sebelum alat tangkap diturunkan ke air terlebih dahulu diperiksa kedalaman perairan, Penentuan kedalaman perairan ditentukan berdasarkan panjang tali penarik (warp) yang digunakan biasanya berkisar antara tiga sampai lima kali kedalaman perairan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan. Pemeriksaan kedalaman bisa dilakukan melalui peta laut atau yang lebih akurat lagi dengan menggunakan Echo sounder dan Fish finder (Nainggolan Chandra, 2007).
Penurunan alat tangkap (setting) kedalam perairan diawali dengan menurunkan trawl secara perlahan ke air dari buritan kapal. Bagian yang pertama diturunkan adalah bagian kantong, perut dan terakhir sayap. Waktu saat penurunan alat tangkap (setting), kapal memiliki laju dan kecepatan kapal 1-2 knot. Proses penurunan alat tangkap (setting) kapal tidak boleh berhenti atau melakukan gerakan mundur jika kapal berhenti dan melakukan mesin mundur maka jaring akan masuk ke dalam baling-baling kapal dan akan merusak jaring. Papan pembuka mulut jaring (Otter board) diturunkan secara perlahan-lahan dengan cara mengarea tali penarik (warp) dengan menggunakan Trawlwinch. Tali penarik (warp) diarea sampai panjang tali penarik (warp) yang telah sesuai dengan yang dikehendaki, setelah itu Trawlwinch dikunci agar panjang tali penarik (warp) tidak berubah dan kecepatan kapal tidak berubah (Nainggolan Chandra, 2007).
   2.6.2 Penarikan Alat Tangkap (Towing)
Penarikan alat tangkap (towing) adalah lamanya alat tangkap dalam perairan setelah proses penurunan alat tangkap (setting) selesai. Lamanyapenarikan alat tangkap (towing) berkisar antara dua sampai tiga jam dengan haluan kapal yang telah ditentukan terlebih dahulu. Waktu saat penarikan alat tangkap (towing), haluan maupun kecepatan kapal dapat diubah, disamping itu panjang tali penarik (warp) yang digunakan untuk mengoperasikan trawl juga dapat diubah, diperpanjang dan diperpendek. Perubahan panjang tali penarik (warp) umumnya disesuaikan dengan perubahan kedalaman perairan selama penarikan alat tangkap(towing) (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal yang mengoperasikan pukat udang ganda (Double shrimp trawl) pada umumnya adalah Bottomtrawl, disamping menggunakan alat pendeteksi ikan seperti Fishfinder pada umumnya menggunakan alat tangkap ketiga, sering disebut sebagai Jaring uji coba(Try net)dimana ukurannya lebih kecil dari pada trawl. Jaring ujicoba (Try net)digunakan untuk indikator hasil tangkapan pada trawl yang digunakan. Jaring uji coba (Try net)dipasang diantara kedua jaring trawl yang dioperasikan oleh kapal pukat udang ganda(Doubleshrimptrawl). Jangka waktu tertentu, misalnya setiap 30-45 menit Jaring uji coba (Try net)dinaikan ke atas geladak kapal untuk dicek jumlah udang yang tertangkap pada Jaring uji coba (Try net)semakin banyak maka semakin banyak pula hasil tangkapan yang ada pada trawl yang dioperasikan. Banyaknya hasil tangkapan udang pada Jaring uji coba (Try net) kerap digunakan untuk menentukan kapan penarikan alat tangkap (towing) dihentikan dan alat tangkapdinaikan ke atas deck kapal (Nainggolan Chandra, 2007)
2.6.3 Menaikan Alat Tangkap (Hauling)
Menaikan alat tangkap (hauling) adalah kegiatan penarikan alat tangkap ke atas deck kapal setelah penarikan alat tangkap (towing) dilakukan, beberapa lamanya. Menaikan alat tangkap (hauling) kecepatan kapal dikurangi atau diturunkan dan trawl secara perlahan ditarik ke atas kapal. Penarikan alat tangkap trawl dilakukan dengan cara menarik tali penarik (warp) yang dilaksanakan oleh Trawlwinch.
Tahapanmenaikan alat tangkap (hauling)dapatdikelompokkanmenjadi:
1. Penarikan tali penarik (warp) sehingga papan pembuka mulut jaring (Otterboard) berada di kapal
2.Penarikan seluruh jaring trawl ke atas geladak

2.7 Hasil Tangkapan Trawl
 Kelompok target tangkapan trawl dibagi menjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasil tangkapan pukat udang (Shrimp trawl). Pukat udang adalah trawl yang dirancang untuk menangkap berbagai jenis udang, oleh karena itu pukat udang (Shrimp trawl) selalu dioperasikan di dasar perairan. Udang pada dasarnya bersembunyi pada lumpur dan pasir yang berada di dasar perairan, oleh karena itu pemberat pada pukatu dang biasany dirancang khusus dan menggunakan bahan logam (banyak yang menggunakan rantai) sehingga dapat mengaduk dan mengejutkan udang yang berada dalam lumpur. Akibat adanya pengadukan lumpur, udang keluar dari persembunyiannya sehingga dapat ditangkap dan masuk kedalam mulut trawl. Jenis-jenis udang yang tertangkap menggunakan pukat udang yaitu udang windu, udang penaud, udang krosok, udang jerak, udang jaka, udang bunga, udang dogol dan udang bireng (Nainggolan Chandra, 2007).

2.8 Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan hasil tangkapan udang dilakukan dengan tujuan agar mutu hasil tangkapan tetap baik. Penanganan hasil tangkapan tersebut dilakukan dengan cara menurunkan suhu udang (sampai udang beku) yang bertujuan untuk memperpanjang waktu penyimpanan sehingga udang tetap bermutu baik dalam waktu yang relatif lama. (Nainggolan Chandra, 2007).
1.            Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
Menjaga agar tubuh udang tidak menjadi rusak dan tidak memar.
2.             Bekerja dengan cepat agar sebelum proses penurunan mutu berlangsung, udang sudah berada diruang suhu rendah.
3.            Bekerja pada suhu rendah dan sedapat mungkin udang yang sedang ditangani terkena sinar matahari.
4.            Segera menurunkan suhu tubuh udang agar proses penurunan mutu bisa diminimalkan atau dihambat. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.9. Hal-hal yang Mempengaruhi Kegagalan Operasi Penangkapan
Padasaatoperasi, dapat terjadi hal-hal yang dapatmenggagalkanoperasiantara lain:
·         Warp terlalupanjangatau speed terlalulambatataujugahal lain makajaringakanmengeruk Lumpur
·         Jaringtersangkutpadakarang/bangkaikapal
·         Jaring atau tali temali tergulung pada crew
·         Warp putus
·         Otter board tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lumpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
·         Hilang keseimbangan, misalnya otter board yang sepihakbergerakkearahpihak yang lainnya lalu tergulung kejaring.
·          Ubur-ubur, kerang-kerangandan lain-lain penuh masuk kedalam jaring,
·         hingga cod end tak mungkin diisiikan lagi.
·         Dan lain sebagainnya.







III PENUTUP

3.1Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dari makalah inia dalah sebagai berikut :
·         Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ ataupun “mengelilingi seraya menarik“.
·         Bagian-bagian trawl terdiri dar tali ris atas, tali ris bawah, sayap, badan jaring, kantong, otter board, tali penarik, net pendant dan Alat Pemisah Ikan (API).
Operasi penangkapan pada alat tangkap terdiri dari tiga tahap yaitu penurunan alat tangkap (Setting), penarikan alat tangkap (Towing) dan menaikan alat tangkap (Hauling).
·         Kelompok target tangkapan trawl dibagimenjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasiltang kapan pukat udang (Shrimp trawl).

KLASIFIKASI dan NAMA LATIN IKAN




1.Barau (Hampala macrolepidota)
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Hampala
Spesies            : Hampala macrolepidota
2.Pantau ( Rasbora bornensis )
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Rasbora
Spesies            : Rasbora bornensis
3.Motan ( Thynnichtys polylepis )
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Thynnichtys
Spesies            : Thynnichtys polylepis
4.Ikan sipaku ( Cyclocheilichthys apogon )
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Cyclocheilichthys
Spesies            : Cyclocheilichthys apogon
5.Ikan mas ( Cyprinus carpio )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Cyprinus
Spesies            : Cyprinus carpio
6.Kapiek (Puntius schwanepeldi )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Puntius
Spesies            : Puntius schwanepeldi
7.Ikan tawes ( Puntius javanicus )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Puntius
Spesies            : Puntius javanicus
8.Paweh ( Osteochilus hasselti )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Cyprinidae
Genus              : osteochilus
Spesies            : Osteochilus hasselti
9.Ikan subahan ( Puntius bulu )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : Cyprinidae
Genus              : puntius
Spesies            : Puntius bulu
10.Ikan jambal siam ( Pangasius suchi )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : pangasidae
Genus              : pangasius
Spesies            : Pangasius suchi
11.Patin ( Pangasius pangasius )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : pangasidae
Genus              : pangasius
Spesies            : Pangasius pangasius
12.Ikan juaro ( Pangasius polyuranodon )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : pangasidae
Genus              : pangasius
Spesies            : Pangasius polyuranodon
13.Ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : claridae
Genus              : clarias
Spesies            : Clarias gariepinus
14.Ikan lele local ( Clarias batrachus )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : claridae
Genus              : clarias
Spesies            : Clarias batrachus
15.Ikan selais ( Cryptopterus bicirchis )
Ordo                : Ostariophysi
Famili              : siluridae
Genus              : cryptopterus
Spesies            : Cryptopterus bicirchis
16.Ikan toman ( Ophiocephalus micropeltes )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Ophiocephalidae
Genus              : Ophiocephalus
Spesies            : Ophiocephalus micropeltes
17.Ikan bogo ( Ophiocephalus gachua )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Ophiocephalidae
Genus              : Ophiocephalus
Spesies            : Ophiocephalus gachua
18.Gabus ( Channa striata )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Ophiocephalidae
Genus              : Channa
Spesies            : Channa striata
19.Ikan bujuk ( Channa lucius )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Channidae
Genus              : Channa
Spesies            : Channa lucius
20.Baung ( Mystus nemurus )
Ordo                : Siluriformes
Famili              : Bagridae
Genus              : Mystus
Spesies            : Mystus nemurus
21.Ingir-ingir ( Macrones nigriceps )
Ordo                : Ostariophysi atau siluriformes
Famili              : Bagridae
Genus              : Macrones
Spesies            : Macrones nigriceps
22.Merah ( Lutianus erythropterus )
Ordo                : Percomorphi
Famili              : Lutianidae
Genus              : Lutianus
Spesies            : Lutianus erythropterus
23.Ikan tongkol ( Euthynnus allecterates )
Ordo                : Percomorphy
Famili              : Lutianidae
Genus              : Euthynnus
Spesies            : Euthynnus allecterates
24.Kembung laki-laki ( Restrelliger canagurta )
Ordo                : Percomorphy
Famili              : Scombridae
Genus              : Restrelliger
Spesies            : Restrelliger canagurta
25.Tenggiri ( Scomberromo commersoni )
Ordo                : perciformes
Famili              : scombridae
Genus              : Scomberromo
Spesies            : Scomberromo commersoni
26.Ikan kembung perempuan ( Scomber neglectus )
Ordo                : perciformes
Famili              : scombridae
Genus              : Scomber
Spesies            : Scomber neglectus
27.Ikan bawal putih ( Stromateus cinereus )
Ordo                : perchomorphi
Famili              : stromatidae
Genus              : stromateus
Spesies            : Stromateus cinereus
28.Selar biasa ( Caranx mate )
Ordo                : perchomorphi
Famili              : Carangidae
Genus              : Caranx
Spesies            : Caranx mate
29.Selar kuning ( Caranx leptolepis )
Ordo                : perchomorphi
Famili              : Carangidae
Genus              : Caranx
Spesies            : Caranx leptolepis
30.Ikan bawal hitam ( Stromateus niger )
Ordo                : perchomorphi
Famili              : Carangidae
Genus              : stromateus
Spesies            : Stromateus niger
31.Ikan serai ( Caranx rotteri )
Ordo                : perciformes
Famili              : Carangidae
Genus              : caranx
Spesies            : Caranx rotteri
32.Pepetek ( Leiognathus dussumieri )
Ordo                : perciformes
Famili              : Carangidae
Genus              : Leiognathus
Spesies            : Leiognathus dussumieri
33.Ikan selinca ( Polycanthius hasselti )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Polycanthius
Spesies            : Polycanthius hasselti
 34.Sepat hitam ( Trichogaster pectoralis )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Trichogaster
Spesies            : Trichogaster pectoralis
35.Ikan sepat rawa ( Trichogaster trichopterus )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Trichogaster
Spesies            : Trichogaster trichopterus
36.Ikan betok ( Anabas testudineus )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Anabas
Spesies            : Anabas testudineus
37.gurami ( Osphronemus gouramy )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Osphronemus
Spesies            : Osphronemus gouramy
38.Ikan tambakan ( Helostoma temmincki )
Ordo                : Labyrinthici
Famili              : Anabantidae
Genus              : Helostoma
Spesies            : Helostoma temmincki
39.Ikan katung ( Pristoplepis grooti )
Ordo                : perciformes
Famili              : Anabantidae
Genus              : Pristoplepis
Spesies            : Pristoplepis grooti
40.Ikan belanak ( Mugil dossumieri )
Ordo                : Percesoses
Famili              : Mugilidae
Genus              : Mugil
Spesies            : Mugil dossumieri
41.Belut ( Monopterus albus )
Ordo                : Synbranchoidea
Famili              : Synbrancidea
Genus              : Monopterus
Spesies            : Monopterus albus
42.Ikan sebelah ( Psettodes erumeri )
Ordo                : Pleurunattiformer
Famili              : psettoidae
Genus              : Psettodes
Spesies            : Psettodes erumeri
43.Ikan bawal tawar ( Colossoma macropamum )
Ordo                : Chaeiformes
Famili              : characidae
Genus              : colossoma
Spesies            : Colossoma macropamum
44.Ikan kerapu ( Epinephelus pachycentru )
Ordo                : percomorphi
Famili              : serranidae
Genus              : epinephelus
Spesies            : Epinephelus pachycentru
45.Ikan sarden ( Sardinella sirin )
Ordo                : percomorphi
Famili              : sardinoidea
Genus              : sardinella
Spesies            : Sardinella sirin
46.Ikan alu-alu ( Sphyraena jello )
Ordo                : perciformes
Famili              : sphyraenidae
Genus              : sphyraena
Spesies            : Sphyraena jello
47.Ikan layur ( Trichiurus savala )
Ordo                : pertromophi
Famili              : trichiuridae
Genus              : trichiurus
Spesies            : Trichiurus savala
48.Ikan betutu ( Oxyeleotris marmorata )
Ordo                : perciformes
Famili              : eleotridae
Genus              : Oxyeleotris
Spesies            : Oxyeleotris marmorata
49.Ikan tilan ( Mastcembetus unicdar )
Ordo                : ophistani
Famili              : mastacenbeidae
Genus              : mastcembetus
Spesies            : Mastcembetus unicdar
50.Ikan biji nangka ( Upeneus moiluccensi )
Ordo                : percomorphi
Famili              : mullidae
Genus              : upeneus
Spesies            : Upeneus moiluccensi
51.Ikan lidah ( Cynoglossus lingua )
Ordo                : heterosomata
Famili              : soleidae
Genus              : Cynoglossus
Spesies            : Cynoglossus lingua
52.Ikan kakap merah ( Lutjanus argentimaculatus )
Ordo                : perciformes
Famili              : Lutjanidae
Genus              : Lutjanus
Spesies            : Lutjanus argentimaculatus
53.Ikan gulamah ( Pseudocienna amovensis )
Ordo                : percomorphi
Famili              : scevinidae
Genus              : pseudocienna
Spesies            : Pseudocienna amovensis
54.Ikan mujair ( Oreochromis mossambicus )
Ordo                : perciformes
Famili              : cichlidae
Genus              : Oreochromis
Spesies            : Oreochromis mossambicus
55.Ikan nila ( Oreochromis niloticus )
Ordo                : perciformes
Famili              : cichlidae
Genus              : Oreochromis
Spesies            : Oreochromis niloticus