Kamis, 20 Juni 2013

Sistem Reproduksi Ikan (Sistem Anatomi Ikan)







Reproduksi pada ikan seperti halnya pada mahluk hidup lainnya, adalah suatu proses alamiah dalam rangka pengelakan spesies. Reproduksi adalah suatu proses makhluk hidup dalam usaha pengabdian spesies dan proses pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi perubahan genetik. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi untuk mencapai keberhasilan reproduksi. Disini organ-organ yang terkait dengan proses reproduksi sangat berperan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan perairan tempat hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda pada spesies ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan perjalanan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk  kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran sistem endoktrin.
Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe, yaitu :
·         Biseksual
Biseksual dapat di artikan sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin dalam satu spesies atau dengan kata lain dapat di bedakan menjadi jantan dan betina. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan sekunder nya. Ciri seksual primer hanya bisa di lihat dengan melakukan pembedahan. Ciri seksual primer hanya dapat ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi; yaitu testis dan saluran pada ikan jantan, dan ovarium dan saluranya pada ikan betina. Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual atau melihat ciri morfologi dari ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat warna dari ikan tersebut.
·         Uniseksual
Uniseksual dapat diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal. Pada beberapa spesies ikan penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena semua individu berkelamin betina. Contoh yang tepat mengenai fenomenan ini adalah kelompok ikan molly-amazon (Poecillia formosa) merupakan ikan yang ditemukan pertama kali sebagai ikan yang berkelamin betina. Molly-amazon bertindak sebagai parasit seksual terhadap dua spesies lain dari genus yang sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang diperlukan untuk mengaktifkan perkembagan telur-telur molly-amazon, tetapi penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya terbentuk betina yang secara genetik seragam. Pembentukan keturunan unuseksual ini disebut dengan partenogenesis (partenos,perawan, dan genesis, kejadian). 
·         Hermaprodit
Hermaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu hermaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini. Hermaprodit singkroni adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang dapat aktif secara bersamaan. Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black  porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke betina. Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan dari jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides dimidiatus.
Organ reproduksi ikan dinamakan dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad disebutt dengan testis, pada ikan betina disebit dengan ovarium.
-          Testis (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang (longitudinal) pada umumnya berpasangan. Beratnya bisa mencapai 12 % atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna putih atau kekuningan.
-          Ovarium berbentuk longitudinal. Letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Jika dalam keadaan matang ovarium bisa mencapai 30-70% dari berat tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang. Kematangan testis dan ovarium dipengaruhi oleh umur, spesies dan, ukuran.
Ikan memiliki siklus reproduksi yang berbeda satu dengan lainya misalnya saja ikan salmon (Onchorhynchud ), lamprey laut ( Petromyzon marinus) dan sidat ( Anquilla ) yang bereproduksi satu kali dalam hidupnya. Ada juga ikan yang bereproduksi empat minggu sekali contohnya Ikan seribu (Lebistes reticulatus). Namun ada juga ikan yang memijah dua sampai tiga kali dalam setahun misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus).
Dalam pemijahan ikan memiliki tempat pemijahan yang berbeda-beda, Diantaranya:
1.      Memijah pada dasar perairan yang berbatu disebut golongan ikan Litophil.
2.      Memijah pada pasir disebut golongan ikan Psamophil.
3.      Memijah pada kolam air pada kolam terbuka disebut golongan ikan Pelagophil.
4.      Memijah pada cangkang yang telah mati biasanya disebut golongan ikan Ostrachophil.
Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu:
1.      Ovivar (bertelur)
Golongan ikan ovivar adalah ikan yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan, sebagian besar jenis ikan termasuk golongan ini. 
2.      Vivipar (beranak)
Golongan ikan vivipar adalah ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh induknya dan perkembangan embrionya dipengaruhi oleh tali plasenta, contohnya beberapa ikan elasmobranchii.
3.      Ovovivipar (bertelur beranak)
Golongan ikan ovovivipar adalah golongan ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh, namun perkembangan embrionya tidak dipengaruhi oleh tali plasenta, namun oleh kuning telur, contohnya ikan rockfish (Scorpaenidae).
Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, yaitu saat sel jantan memasuki sel telur. Fertililasi sel telur dikatakan sempurna ketika inti sel telur dan spermatozoa menyatu dalam sitoplasma telur, persatuan kedua inti sel tersebut mengakhiri proses pembuahan dan membentuk zigot. Tahap perkembangan embrio ikan dimulai dari Morula, Blastula, Gastrula, dan Organogenesis.

Ikan Rainbow (Ikan Hias)


Ikan Rainbow berasal dari Papua dan sebagian benua Australia. Menurut Allen (1991), beberapa jenis ikan rainbow merupakan ikan spesifik yang hidup di Papua maupun Australia. Sementara Kottelat dkk.(1993) melaporkan ada 10 jenis rainbow yang khas sulawesi yaitu jenis Telmatherina. Menurut informasi baru-baru ini ditemukan jenis ikan rainbow yang baru dari Papua.
Morfologi dan Jenisnya
Ikan Rainbow tergolong famili melanotaeniidae yang terdiri dari enam genus, yaitu:
      1.       Chilatherina
      2.       Glossolepis
      3.       Iriatherina
      4.       Milanotaenia
      5.       Rhadinocentrus
      6.       Cairnsichthys
Ikan Rainbow merupakan hewan endemik di puau Papua, Australia, dan Sulawesi.
Jenis-jenis Ikan Rainbow
      A.      Rainbow Merah
      B.      Raibow Sulawesi
      C.      Rainbow Makuloci
      D.      dll
Semua jenis ikan rainbow bernilai ekspor yang baik.

Sistem Pencernaan Ikan(Sistem Anatomi Ikan)


Sebelumnya GPS membahas Sistem anatomi ikan yaitu pada Sistem Reproduksiikan, Sistem Rangka Ikan, dan Sistem Integumen ikan, kali ini GPS akan sedikit mengulas tentang Sistem Pencernaan Ikan dimana sistem pencernaan ini merupakan salah satu dari sistem anatomi. Apa itu sistem anatomi ? Pada posting sebelumnya GPS sudah pernah membahas mengenai apa itu sistem anatomi. Jika sobat belum sempat baca artikelnya langsug saja Klik Anatomi Ikan (Anatomiadalah).
Baiklah langsung saja.
Saluran Pencernaan Ikan
Pada umumnya saluran pencernaan ikan yaitu mulai daari Mulut  Ã¨  Rongga mulut  Ã¨  Esophagus  Ã¨  Faring èKerongkongan è Lambung è Usus è Anus
Mari kita bahas satu per satu ... !!
      1.       Mulut
Mulut adalah organ yang pertama dan penting, namun jika dilihat mana yang terpenting kita tidak bisa menentukannya, karena pada dasarnya semua urutan pencernaan dari mulut sampai anus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan jika salah satu hilang makan akan berdampak buruk bahkan kematian.
Jenis atau ragam ikan yang ada di muka bumi ini sangatlah banyak dan berbeda-beda, tentunya karena hal tersebut juga Mulut dari masing-masing jenis ikan akan berbeda.

          Tipe mulut ikan berdasarkan bentuknya:
a.       Mulut Penghisap, yaitu mulut yang memiliki ciri dengan bibir yang melebar dan menebal.
b.      Mulut berparuh, yaitu mulut yang memiliki ciri mulut yang meruncing atau tumpul, sebagai modifikasi dari bibir atau rahang.
c.       Mulut biasa, dimana perbedaan yang tidak terlalu jauh dari rongga mulut pada bagian atas dan bawah.

Tipe mulut ikan berdasarkan letaknya:
a.       Terminal
Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung kepala menghadap ke depan yang di namakan tipe terminal. Contohnya ikan-ikan pelagik.
b.      b.    Sub terminal
Ikan yang mulutnya terletak sejajar kepala menghadap ke depan. Biasanya ikan yang memiliki tipe mulut sub terminal yaitu ikan bagian dasar.
c.       Superior
Tipe mulut superior adalah mulut yang terletak di bawah kepala menghadap ke bawah. Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang lewat di atasnya. Contohnya ikan beta picta.
d.      Inferior
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relatip kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendpatkan makanan dengan cara mengisap, mereka mempunyai mulut tipe inforior dan bibir yang berdaging tebal. Inferior merupakan tipe mulut ikan yang terletak di bawah kepala menghadap ke bawah. Contoh ikan yang memiliki tipe inferior adalah ikan patin.
**
Sebagai tambahan, pada bagian mulut juga sering kali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makan. Sungut di lengkapi dengan saraf, untuk menemukan makanan di antara material yang lunak.
Di dalam mulut sebagian ikan terdapat gigi rahang yang juga berperan dalam sistem pencernaan. Berdasarkan bentuknya gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a.       Gigi cardiform berbentuk pendek, tajam dan runcing. Contohnnya pada famili Ictaluridae dan serranidae.
b.      Gigi filiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada belone dan pterois.
c.       Gigi canine menyerupai gigi anjing bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dan disesuaikan untuk mencengkram.
d.      Gigi incisor mempunyai pinggiran yang tajam yang disesuaikan untuk memotong.
e.      Gigi molariform mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan menggerus.
      2.       Esofagus
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, mempunyai kemampuan untuk menggelembung, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Pinggiran esophagus terdiri dari epithelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan serjumlah sel atau kelenjar lender. Dinding esophagus dilengkapi secara khusus dengan lapisan otot bergaris yang circular dan longitudinal. Kantung esophagus berfungsi sebagai penghasil lendir.
      3.       Lambung
Pada ikan pemakan ikan lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti pada ikan gabus (ophiocephalus striatus), pada ikan belanak (Liza subhiridis) lambung bermodifikasi menjadi alat penggiling, lambung tersebut berukuran kecil, tetapi dindingnya sangat tebal dan berotot. Sebagian besar ikan mempunyai lambung.
      4.       Usus
Pada ikan karnifora usunya berukuran pendek, hal ini disebabkan karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih  mudah daripada tumbuhan. Sebaliknya usus ikan herbifora panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan misalnya ikan nilem, Osteochilus hasellti.
      5.       Anus
Adalah saluran pembuangan akhir zat sisa makanan yang telah dicerna oleh ikan sepertihalnya pada hewan-hewan lain ataupun manusia.

Senin, 03 Juni 2013

Jenis – Jenis Makanan Ikan

Jenis – Jenis Makanan Ikan

Kebiasaan makan (feeding habits) suatu jenis ikan mencakup dua hal, yaitu jenis-jenis makanan dan cara makan dari ikan terkait. Pemahaman mengenai feeding habits memiliki arti penting untuk memberikan jenis makanan yang cocok dan disukai ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan.
Pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan ikan sangat penting karena dengan pengetahuan ini dapat dibuat makanan yang sesuai dengan sifat-sifat alami ikan yang bersangkutan. Secara alami, makanan ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam golongan, yaitu makanan nabati, makanan hewani, makanan campuran nabati dan hewani, plankton, serta detritus.
1. Makanan nabati
Makanan nabati adalah makanan yang berupa bahan tumbuh-tumbuhan berukuran besar (makroskopik) yang mudah dilihat secara kasat mata. Ikan yang makanannya berupa bahan-bahan nabati ini disebut ikan herbivora atau ikan vegetaris.
Beberapa contoh makanan nabati antara lain adalah ganggang benang atau alga filamen, seperti Chaetomorpha, Enteromorpha, Cladophora, dan Spirogyra. Beberapa sayuran, seperti kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichhornia erassipes), daun talas (Colacasia esculenta), dan daun pepaya (Carica papaya) dapat dijadikan makanan nabati untuk ikan.
Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivora atau vegetaris antara lain tawes (Puntius javanicus), nilem (Osteochilus haselti), jelawat (Leptobarbus houeveni), sepat siam (Trichogaster pectoralis), bandeng (Chanos chanos), gurami besar (Osphronemus gouramy), dan baronang (Siganus javus).
Ikan-ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun pakan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan, misalnya dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang, isi perut hewan ternak, dan sisa-sisa sayuran. Pemberian makanan buatan sebaiknya dicampur bahan hijauan, seperti tepung daun turi, tepung daun lamtoro, tepung daun singkong, dan tepung fitoplankton yang terbuat dari Chlorella sp., Spirulina sp., dan Tetraselmis sp.
Ikan Kakap Putih
2. Makanan hewani
Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan makroskopik atau makanan yang berdaging. Ikan- ikan yang makan bahan hewani dinamakan ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Kelompok ikan tersebut sering juga dinamakan ikan buas. Daging yang diberikan dapat berupa bangkai maupun hewan hidup yang berukuran kecil.
Hewan – hewan yang sering menjadi mangsa ikan karnivora antara lain jenis – jenis ikan kecil, seperti ikan seribu (Lebistes reticulatus), kepala timah, sisik mulik atau ralan curing (Panchax panchax), teri (Stolephorus commersonii), anakan ikan, siput-siput kecil, larva serangga, dan cacing tubifek (cacing sutra atau cacing rambut).
Beberapa contoh ikan karnivora antara lain gabus (Ophiocephalus striatus), betutu (Oxyeleotris marmorata), sidat (Anguilla spp), oskar (Astronotus ocellatus), belut sawah (Monopterus albus), arwana (Schleropages formosus), kakap putih (Lares calcalifer), kerapu (Ephinephelus sp.), kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), dan cucut macan (Galeocerdo rayneri).
Ikan-ikan karnivora umumnya agak sulit menerima makanan tambahan, terutama pakan buatan. Jenis ikan ini biasanya menyukai makanan yang tanpa cincangan atau gilingan daging ikan atau hewan-hewan lainnya yang masih segar. Apabila diberi makanan buatan, ikan jenis ini membutuhkan latihan yang lama dan biasanya diberikan dalam keadaan basah. Komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan aromanya cukup merangsang (aroma daging).

Read more: http://perikananindonesia.com/jenis-jenis-makanan-ikan/#ixzz2VE17ZLm1

Teknik Mancing Ikan Kerapu

Teknik Mancing Ikan Kerapu sebenarnya tidak susah untuk dipelajari. Paling penting kita menyediakan alat pancing yang memadahi saja.
Ikan kerapu sering disebut Grouper oleh orang bule ini merupakan salah satu jenis konsumsi dan sangat digemari oleh banyak orang karena rasanya lezat dan struktur dagingnya sangat lembut. Sehingga banyak sekali para pemancing menjadikan target sasaran utama untuk melampiaskan hasrat mancing merka.




Cara jitu mancing ikan kerapu akan saya jelaskan pada artikel saya ini. Teknik memancingnya hampir sama dengan teknik mancing ikan kakap merah. Hanya tinggal penerapan di lapangan saja dimana tiap-tiap angler mempunyai fariasi berbeda-beda walaupun garis besarnya hampir sama.

Cara dan teknik mancing ikan kerapu sebagai berikut:

Untuk syarat pertama memancing kerapu adalah menentukan spot mancing yang benar.

Kerapu biasanya tinggal di bebatuan karang atau rumpon-rumpon buatan manusia. Selain itu dia juga suka tinggal di tempat tertutup karena bersifat pendiam dan jarang sekali berburu mangsa kecuali benar-benar dalam keadaan lapar atau sedang ingin mempertahankan daerah teritorinya dengan cara menyerang musuhnya. Intinya jangan berharap kita mancing dengan target kerapu tapi kita mancingnya dilaut berstruktur dasarnya berupa hamparan pasir. Bisa juga di dasar laut berpasir mendapatkan kerapu, tapi kemungkinannya sangat kecil dibanding kita memancing di spot berupa karang, rumpon atau tonggak-tonggak. Khususnya daerah Jawa Tengah di Kepulauan Karimunjawa masih banyak sekali hamparan karang luas. Jadi sangat mudah sekali untuk memancing kerapu di Karimunjawa.

Umpan mancing ikan kerapu

Dalam membahas umpan mancing kerapu sebenarnya juga tidak susah. Ikan ini merupakan ikan rakus. Dia akan memakan apa saja di depannya yang menurut dia pantas dan layak untuk dimakan.
Irisan cumi, irisan tongkol dan irisan ikan apapun pasti dimakan kalau dia memang benar-benar lapar. Asalkan baunya amis pasti menggugah selera makannya. Untuk umpan live bait kita bisa menggunakan udang hidup, selar hidup, jenaha kecil, banyar dan masih banyak lagi umpan live bait kesukaannya.

Untuk lure dengan targat mancing kerapu, kita bisa menggunakan minnow berlidah panjang karena minnow dengan lidah panjang akan menyelam lebih dalam dan pasti bisa mendekati sarang atau rumah kerapu. Biasanya mancing kerapu dengan cara teknik casting bisa dilakukan secara landbase di pinggir laut dimana di sekirtnya terdapat batu-batuan atau karang. Berikut beberapa contoh minnow untuk mancing target kerapu:
lure-mancing-kerapu

Banyak kejadian aneh yang sering terjadi seperti mancing dengan teknik trolling tapi mndapatkan strike kerapu. Hal ini bisa terjadi jika umpan trolling memiliki lidah panjang dan didukung dengan spot trolling yang tidak terlalu dalam. Terkadang juga ketika kita menggunakan pancing kotrek untuk mencari target ikan-ikan kecil justru dapat hasil ikan kerapu. Hal ini terjadi jika umpan kotrekan atau brandil kita terlalu rendah hingga mendekati dasar laut.
Bisa juga kita mancing ikan kerapu dengan menggunakan metal jig atau bisa juga menggunakan inchiku yang kita mainkan di sekitar sarangnya.

Fighting dengan ikan kerapu

Untuk mancing ikan dengan target ikan kerapu monster atau yang berukuran sangat besar kita dianjurkan untuk menggunakan umpan live bait yang berukuran lebih besar dari yang semestinya. Kalau kita sudah mengetahui jika spot yang kita tuju merupakan spot yang bagus dan dihuni ikan kerapu berukuran monster, langsung saja gunakan umpan live bait seperti contoh dengan ikan jenaha yang berukuran antara 1/4kg-1/2kg dengan cara dikaitkan ke mata pancing dan dikasih pemberat sesuai dengan arus laut yang terjadi ketika itu. Jika arus air bawah laut dalam keadaan mati, kita tidak perlu menambahkan pemberat supaya umpan live bait bisa menghasilkan action yang maksimal. Tapi jika arus bawah laut terlalu deras kita bisa menambahkan pemberat yang agak besar supaya umpan live bait tidak hanyut terbawa arus karena ikan besar pasti hanya menunggu mangsa di depan sarangnya. Kalau umpan kita tidak tepat di depan matanya, dia tidak akan memakannya. Terkadang umpan sudah di depan matanya tetapi ikan tersebut tidak mau menyambar umpan kita.

kerapu-besar

Ikan kerapu memiliki tenaga yang sangat kuat ketika terjadi awal strike. Karena struktur tubuhnya yang agak bulat sehingga sangat terasa berat sekali ketika kita mendapatkan perlawanan ikan kerapu saat terjadi strike. Pada detik-detik pertama strike ikan kerapu, itu sangat menentukan apakah kita bisa menyelesaikan perlawanan itu atau tidak. Jika umpan kita dimakan ikan kerapu kemudian dia menggeret umpan masuk ke dalam sarang atau rumahnya maka sangat sulit bagi kita untuk dapat mengeluarkan ikan kerapu dari sarangnya. Ikan kerapu memiliki ekor yang sangat kuat, sehingga ketika kita fight gengan ikan kerapu yang sudah membawa masuk umpan kita ke dalam sarangnya, dia akan pegangan sangat kuat ke sarangnya dengan menggunakan ekornya dengan cara membengkokkan ekornya.

Untuk mengatasi hal itu perlu adanya kesabaran dari seorang angler. Bisa juga dengan cara ditunggu sampai ikan kerapu keluar lagi dari sarangnya. Bisa juga menunggu sampai ikan kerapu itu lemas dan melepaskan genggaman dari sarangnya. Biasanya seorang pemancing pemula langsung main hajar padahal posisi ikan kerapu sudah masuk ke dalam sarangnya. Hasilnya line akan banyak bergesekan dengan karang atau benda lain yang bersifat tajam yang akan mengakibatkan senar atau line putus. Pupus sudah harapan kita mendapatkan hasil ikan kerapu.

Ikan kerapu merupakan ikan yang sangat mudah terkena dekompresi. Jika kita fight dengan ikan kerapu kemudian kita hajar tanpa ampun, pasti dia akan mengalami dekompresi yang mengakibatkan lidahnya menjulur keluar dan matanya juga melotot keluar yang mengakibatkan dia tidak berdaya tanpa ada perlawanan sama sekali yang bisa mengakibatkan kematian bagi ikan kerapu. Hal ini terjadi ketika kita memancing di laut yang cukup dalam karena ada perbedaan tekanan air di setiap jarak kedalaman air laut.

Demikian telah saya jelaskan sedikit informasi menganai teknik ampuh dan jitu memancing ikan kerapu. Semoga info ini bisa bermanfaat bagi para mancing mania di Indonesia pada khususnya dan mancing mania di seluruh dunia pada umumnya.

Salam strike mania.........

TEHNIK KULTUR Chlorella sp


A.      BIOLOGI Chlorella sp
1.         KLASIFIKASI

Chlorella merupakan alga hijau yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chlorophyta
Kelas    : Chlorophyceae
Ordo     : Chlorococcaales

Family   : Chlorellacea
Genus    : Chlorella (Bougis, 1979)
Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella yang hidup di air tawar maupn yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah C. minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica.
2.         MORFOLOGI
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi kadang-kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron, berwarna hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas selulosa dan pectin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak.
Gambar 1: Morfologi Chlorella sp
3.       SIFAT-SIFAT EKOLOGI DAN FISIOLOGI
Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga ini. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal.
Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahana utospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak.
B.      PRINSIP KULTUR Chlorella sp
Salah satu contoh phytoplankton adalah Chlorella sp. Chlorella sp merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Kultur Chlorella sp murni atau monospesifik species dimulai dari kegiatan isolasi kemudian dikembangkan secara sedikit demi sedikit secara bertingkat. Media kultur yang digunakan mula-mula hanya beberapa liter saja, kemudian berangsur-angsur meningkat ke volume yang lebih besar hingga mencapai skala massal. Kultur hingga volume 3 liter masih dilakukan didalam laboratorium sehingga sering disebut dengan kultur skala laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur aut-door yang dapat mencapai volume 60-100 liter yang merupakan tahapan kultur selanjutnya. Karena kultur ini menggunakan proses yang bertingkat-tingkat dari volume kecil ke volume yang lebih besar, maka prinsip kultur ini disebut dengan kultur bertingkat atau berlanjut.
Pertumbuhan Chlorella sp sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro dan mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp antara lain cahaya, suhu, tekanan osmotic, dan pH air.
Kultur Cholorella sp skala laboratorium biasanya memerlukan kondisi lingkungan terkendali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhannya optimal sehingga didapatkan bibit yang bermutu tinggi untuk skala kultur selanjutnya.
Gambar 2: Kultur masal Chlorella sp.
C.      STERILISASI
1.         METODE STERILISASI
Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis phytoplankton adalah sama, misalnya pada kultur Chlorella sp, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada lima metode sterilisasi, yakni:
a.        Sterilisasi Basah
Metode ini dilakukan dengan cara perebusan. Botol-botol kultur dan peralatan lain yang akan digunakan direbus dengan air hingga mendidih selama 2 jam. Air yang akan digunakan untuk kultur juga dapat disterilkan dengan cara ini.
b.        Sterilisasi dengan Autoclave dan Oven
Sterilisasi dengan autoclave pada dasarnya menggunakan uap air panas bertekanan, sedangkan sterilisasi menggunakan oven menggunakan udara panas. Sterilisasi model ini umumnya digunakan untuk mensterilkan alat-alat dan botol kultur yang terbuat dari gelas.
c.         Sterilisasi dengan Penyaringan
Metode ini dilakukan untuk cairan/larutan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi, misalnya vitamin, sehingga dilakukan penyaringan dengan sebuah saringan yang steril.
d.        Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet
Sinar UV dengan panjang gelombang 2000-3000 A dapat membunuh mikroorganisme dengan cara menghancurkan struktur proteinnya. Metode ini banyak digunakan untk mensterilkan ruang kerja dan air.
e.         Sterilisasi Kimia
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi ini adalah HCL, HgCl2, Alkohol, Formalin, Phenol, Chlorin, dan sebagainya.

2.         CARA STERILISASI
a.        Sterilisasi Peralatan yang digunakan untuk isolasi Phytoplankton

Sterilisasi peralatan yang akan digunakan untuk isolasi dapat menggunakan autoclave dengan suhu 1210C dan tekanan 1 kg/cm3 atau menggunakan oven pada suhu sekitar 1050C.
Mula-mula peralatan isolasi yang terdiri atas tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, dan lain-lain dicuci dengan air tawar dan detergen yang kemudian diletakkan di rak dan ditunggu hingga kering. Setelah kering, cawan petri dan pipet ukr dibungkus dengan kertas krap, sedangkan tabung reaksi ditutp dengan karet penutup, terutama apabila sterilisasinya menggunakan autoclave. Tetapi apabila menggunakan oven, peralatan tidak perlu dibungkus kertas, cukup dimasukkan kedalam tabung stainless, kemudian ditutup rapat dan dislotip dengan slotip tahan panas. Peralatan tersebut disusun dalam autoclave kemudian ditutup rapat. Sterilisasi dengan autoclave berjalan 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1 kg/cm3. Sedangkan menggunakan oven berjalan 5 jam pada suhu 1050C.
b.        Sterilisasi Media Kultur
Sterilisasi media kultur dapat dilakukan dengan autoclave. Media yang akan disterilisasi mula-mula dimasukkan kedalam botol atau erlenmayer bersih. Selanjutnya botol atau erlenmayer tersebut ditutup dengan kapas atau gabus, dan diatasnya ditutup kembali dengan aluminium foil dan diikat dengan slotip. Selanjutnya botol atau erlenmayer yang telah berisi media tersebut disusun rapi dalam autoclave dan siap untuk disterilisasi.
c.         Sterilisasi Alat
Alat-alat yang cukup besar sehingga tidak dapat masuk kedalam autoclave atau oven, dapat disterilkan dengan cara kimia, misalnya dengan HCl atau chlorine. Peralatan kultur yang sudah dicuci bersih direndam dengan HCl 10% selama 2 hari, kemudian dibilas dengan air tawar. Selain itu dapat dengan merendam peralatan pada larutan chlorine 150 mg/l selama 12-24 jam, kemudian dinetralisir dengan 40-50 mg/l Na-Thiosulfat dan dibilas dengan air tawar hingga bau chlorine hilang.
d.        Sterilisasi Media tidak Tahan Panas
Media pengkaya yang tidak tahan panas, misalnya vitamin, disterilisasi dengan penyaringan. Saringan yang digunakan 2,5-3 mikron. Media tersebut selanjutnya ditempatkan dalam wadah yang steril dan ditutup rapat dengan aluminium foil.
e.         Sterilisasi pada Kultur semi Out-door dan Out-door/missal
Untuk kultur missal sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan cara chlorinisasi karena cara ini lebih cepat, ekonomis, dan secara tekhnis mudah dilaksanakan. Cara chlorinisasi tersebut adalah sebagai berikut: bak dicuci bersih dengan menggunakan sabun/detergen lalu disterilkan dengan larutan Na-Thiosulfat 40-50 mg/l. Terakhir bak dibilas dengan air tawar sampai bersih dan bau chlorine hilang.
Air sebagai media kultur juga dapat disterilkan dengan menggunakan chlorine. Air laut yang akan digunakan sebelumnya disaring, lalu disterilkan dengan chlorine 60 mg/l selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/l untuk menghilangkan sisa-sisa chlorine dalam air laut hingga bau chlorine hilang. Air yang telah steril disimpan dalam bak yang tidak tembus sinar dan ditutup dengan penutup tidak tembus sinar untuk mencegah pertumbuhan lumut atau phytoplankton lain yang tidak dikehendaki.
D.       TEKHNIK BUDIDAYA Chlorella sp
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam kultur Chlorella sp, yaitu koleksi dan isolasi.
1.         Koleksi
Koleksi bertujuan untuk mendapatkan species Chlorella sp dari alam untuk dikultur secara murni. Pengambilannya dialam dapat menggunakan plankton net. Chlorella sp yang diperoleh dapat dikembangkan dengan menggunakan pupuk
2.         Isolasi
Ada beberapa metode untuk mengisolasi phytoplankton, khusus untk fitoplankton jenis Chlorella sp menggunakan metode isolasi goresan. Metode ini sangat baik digunakan untuk mengisolasi phytoplankton sel tunggal seperti Chlorella sp.
Metode ini menggunakan media agar-agar. Agar-agar sebanyak 1,5% dicampur dengan air laut pada salinitas tertentu, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan larut sempurna berwarna kuning jernih.
Selama proses pemanasan harus diaduk terus menerus untuk mencegah terjadinya kerak atau penggumpalan. Setelah pemanasan selesai, larutan agar-agar tersebut kemudia diangkat dan ditunggu sampai agak dingin baru dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk Allen Miquel (untuk sekala laboratorium) dengan komposisi KNO3 20,2 gr, Akuades 100 gr, sedangkan untuk skala massal ukuran 1-4 ton digunakan pupuk teknis yang terdiri dari: KNO3 100 gr/ton, FeCl3 3 gr/ton, dan NaH2PO4. 10 H2O 10 gr/ton dan sesuai dosis yang diinginkan.
Gambar 3: Kultur Chlorella sp.
Larutan agar-agar yang telah dipupuk disterilisasi dengan autoclave (121 0C, 15 menit) atau pengukusan sekitar 30 menit. Bahan-bahan pengkaya yang tidak tahan panas harus disterilkan secara terpisah. Angkat dan biarkan agak dingin, sekitar 50 0C. Selanjutnya dituangkan kedalam cawan petri yang sudah steril dengan tebal kurang lebih 3 mm atau kedalam tabung reaksi yang sudah steril dalam posisi miring. Agar miring pada tabung reaksi tersebut biasa digunakan untuk penyimpanan isolat. Selanjutnya dituang hingga membeku.
Setelah media agar membeku, kemudian ditulari bibit Chlorella sp yang berasal dari air sampel dengan cara goresan menggunakan ose yang telah dibakar dengan pembakar spritus. Bibit digoreskan dalam media agar-agar pada cawan petri dengan pola zig-zag. Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain maka cawan petri ditutup atau disegel dengan isolasi.
Untuk penumbuhan, cawan petri atau tabung reaksi tersbeut diletakkan pada rak kultur serta disinari dengan dua buah lampu TL 40 watt secara terus menerus. Cawan petri diletakkan dalam posisi terbalik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses pengeringan akibat penyinaran dengan lampu TL secara terus menerus atau terjadinya penetesan embun dari bagian tutup cawan petri ke media agar-agar.
Setelah beberapa hari inokulum akan tampak tumbuh pada goresan media agar-agar, tetapi masih dicampur dengan phytoplankton jenis lain, kemudia dilakukan penggoresan berulang-ulang pada media agar-agar yang sama sampai diperoleh bibit yang benar-benar murni. Isolate yang diinkubasi dalam ruangan ber AC untuk menjaga kestabilan suhu 25-27 0C. isolate juga dapat dipindah kecawan petri yang lain atau pada agar miring dalam tabung reaksi apabila diperlukan.
Gambar 4: Isolasi Chlorella sp.
Hasil kultur murni dari media agar-agar dikembangkan pada media cair dalam tabung reaksi dengan volume media kultur 10 ml. bibit diambil dengan jarum ose yang steril kemudia dipindah ke tabung rekasi decara aseptis. Sebelumnya Chlorella sp yang tumbuh pada permukaan agar-agar diperiksa lebih dahulu dengan cara memindahkan phytoplankton pada gelas objek yang telah diberi media kultur 1 tetes. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Apabila phytoplankton yang diamati sesuai dengan keinginan kemudian dilakukan inokulasi pada tabung reaksi yang berisi air laut yang telah diperkaya oleh unsure hara dan ditumbuhkan. Larutan diaduk dengan cara dikocok sesering mungkin selama masa kultur. Apabila bibit pada tabung reaksi tersebut telah tumbuh dengan baik, maka phytoplankton tersebut (Chlorella sp) dapat dikembangkan kedalam botol-botol kultur yang lebih besar.
E.      PERTUMBUHAN PLANKTON (Chlorella sp)
Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan phytoplankton dalam kultur pakan alami. Ada empat fase pertumbuhan, yaitu:
1.         Fase Istirahat
Sesaat setelah penambahan inokulum kedalam media kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis phytoplankton sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organism mengalami metabolism, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel belum meningkat.
2.         Fase Logaritmik/Eksponsial
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3.         Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relative sama ata seimbang sehingga kepadatan phytoplankton tetap.
4.         Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah sel menurun secara geometric. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
F.       PENGHITUNGAN KEPADATAN PHYTOLANKTON (Chlorella sp)
Penghitungan kepadatan plankton digunakan sebagai salah atu ukuran mengetahui pertumbuhan phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur, dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan menggunakan Hemacytometer.
Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel darah. Untuk dapat mempergunakan alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk memudahkan penghitungan phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat bantu hand counter.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah kotak bujur sangkar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil.
Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Hemacytometer adalah sebagai berikut: Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue. Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan dihitung kepadatannya diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada bagian parit yang melintang hingga penuh. Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas penutup. Selanjutnya Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak. Untuk mengetahui kepadatan phytoplankton dengan cara menghitung phytoplankton yang terdapat pada kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. apabila jumlah phytoplankton yang didapat adalah N, maka kepadatan phytoplankton adalah N x 104 sel/ml.
G.      PEMANENAN
Berdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka pemanenan phytoplankton harus dilakukan pada saat yang tepay yaitu pada saat phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi. Apabila pemanenan phytoplankton terlal cepat atau belum mencapai puncak populasi, sisa zat hara masih cukup besar sehingga dapat membahayakan organism pemangsa karena pemberian phytoplankton pada bak larva kebanyakan dengan cara memindahkan massa air kultur phytoplankton. Sedangkan apabila pemanenan terlambat maka sudah banyak terjadi kematian phytoplankton sehingga kualitasnya turun. Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella sp pemanenan dilakukan pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi pada saat hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya segera dipanen.
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam alat sesuai dengan kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Adapun peralatannya antara lain : centrifuge, plate separator, dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat dilakukan secara total atau sebagian. Apabila panen dilakukan sebagian, phytoplankton yang telah siap dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian. Kemudian kedalam sisa phytoplankton yang 1/3 bagian tersebut ditambahkan air laut dengan salinitas tertentu (10-20 ppt). selanjutnya dilakukan pemupukan sekitar ½ dosis. Panen sebagian ini sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga kali pada bak budidaya yang sama, setelah itu harus dilakukan panen total.
H.      PASCA PANEN
Chlorella sp yang telah dipanen memiliki banyak peranan yang sangat penting, baik sebagai pakan alami larva terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah, dan ikan kerapu, juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis larva. Bahkan kini banyak digunakan dalam system pengolahan dan penanggulangan air limbah. Chlorella sp ternyata sudah dikonsumsi manusia dan sangat mudah didapatkan dipasaran dalam berbagai bentk, seperti tablet, sirup, permen, shampoo, sabun, handbody lotion, dan lain-lain.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil penjemuran phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran dilakukan dalam kotak penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan udara panas dengan suhu sekitar 70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi phytoplankton terutama protein tidak rusak. Chlorella sp yang kering yang didapat disimpan dalam botol-botol yang tertutup rapat. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Phytoplankton freeze (beku) didapat dari hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan didalam freezer.
I.       PEMELIHARAAN STOK MURNI
Untuk memelihara kesinambungan kultur phytoplankton perlu dilakukan pemeliharaan stok murni. Stok murni dapat disimpan dalam media agar-agar dan media cair serta disimpan dalam lemari pendingin. Penyimpanan stok murni dalam media cair dilakukan dalam tabung reaksi volume 10 ml, diberi pupuk dan tanpa aerasi, tetapi harus dilakukan pengocokan setiap hari. Biakan stok murni ini diletakkan pada rak kultur dengan pencahayaa lampu TL. Biakan stok murni ini harus diganti seminggu sekali. Penyimpanan stok murni dalam lemari pendingin dapat bertahan sampai satu bulan, dan sebaiknya segera digunakan dan diganti dengan stok murni yang baru.

Mudah Budidaya Lobster Air Tawar

Cara Mudah Budidaya Lobster Air Tawar Lobster Air Tawar (LAT) atau Freshwater Crayfish merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan atau di ternakan. Harga jual nya yang cukup fantastis, sekitar 150-250 ribu rupiah /kg, membuat budidaya lobster air tawar menjanjikan keuntungan bila dilakukan dengan Cara Budidaya Lobster air tawar yang benar dan baik. Habitat asli Lobster Air Tawar adalah di sungai dan di rawa-rawa serta danau. Media yang dapat di gunakan untuk budidaya lobster air tawar ini sangat bervariasi. Pada umumnya Lobster Air Tawar dibudidayakan secara extensif pada kolam tanah. Pada budidaya secara extensif petani hanya menaruh indukan pada kolam tersebut pada masa berkala kolam tersebut dikeringkan dan lobster yang sudah memenuhi ukuran komersial akan dijual dan sisanya akan dikembelikan ke kolam tanah tersebut. Pada budidaya secara intensif petani mulai memberi pakan ke dalam kolam dengan berbagai macam makan sayur-sayuran termasuk pakan komersil. Budidaya secara intensif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara extensive. Media lain yang sering digunakan adalah kolam semen atau kolam fiber (Tank). Kolam semen dan kolam fiber ini banyak digunakan untukmembesarkan burayak sampai berat sekitar 5 cm. Di Indonesia budidaya lobster air tawar banyak dilakukan dalam sekala perumahan terutama pada pembenihan. Cara Budidaya lobster air tawar sangat cepat dan gampang, tidak seperti udang windu atau udang galah yang relatif lebih sedikit dan rumit. Orang awam pun dapat melakukannya sendiri baik dalam skala usaha kecil maupun besar. Dengan sedikit modal dan kemauan yang kuat, setiap orang dapat membudidayakan lobster air tawar. Lobster air tawar tidak mudah stres dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Jika dilihat dari iklim dan siklus musimnya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan budi daya lobster air tawar sepanjang tahun. Lobster air tawar yang umumnya bertelur 4–5 kali dalam setahun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain kondisi iklim yang sangat mendukung, sumber pakan alami bagi lobster tersedia cukup banyak di alam dan mudah diperoleh. Dengan pakan alami tersebut, lobster akan tumbuh dengan cepat. Oleh karena budi daya lobster tidaklah sulit maka bisnis ini dapat digunakan sebagai usaha sampingan. 1. SYARAT HIDUP LOBSTER AIR TAWAR Lobster air tawar (LAT) pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air yang lebar. Mereka diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm. 2. TEMPERATUR Lobster Air Tawar LAT juga toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku hingga suhu diatas 35 °C. Meskipun demikian untuk LAT-LAT daerah tropis hendaknya dipelihara pada selang suhu 24 – 30° C Pertumbuhan optimum akan dapat dicapai apabila mereka dipelihara pada selang suhu 25-29 °C. 3. pH DAN KESADAHAN Lobster Air Tawar LAT hidup pada perairan dengan kisarn pH sedikit alkalin yaitu antara 7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperairan dengan pH kurang dari 7. Sedangkan kesadahan (kandungan kapur) air yang diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut cukup tinggi untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik. 4. KUALITAS AIR Lobster Air Tawar Berbagai laporan menunjukkan bahwa LAT muda sensitif terhadap kadar klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk LAT. LAT diketahui pula dapat mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam tubuhnya sehingga mereka sering dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan. LAT sensitif terhadap pestidida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula residu-residu minyak. Hal ini hendaknya menjadi perhatikan bagi mereka yang ingin membudidayakan LAT secara terbuka, agar terlebih dahulu memeriksa dengan seksama sumber air yang akan digunakan Budidaya lobster air tawar biasanya dibedakan menjadi usaha pembenihan Lobster Air Tawar dan usaha pembesaran atau merupakan kesatuan dari keduanya. Pembenihan adalah menghasilkan bibit atau anakan lobster air tawar hingga ukuran 2 Inci. Yang pertama kali diperlukan adalah Induk Berkualitas yang tidak mudah terserang penyakit dan bukan dari hasil perwakinan sedarah (inbreeding) pasalnya perkawainan sedarah akan menghasilkan lobster berkelamin ganda atau intersex. Berikutnya adalah kolam untuk perkawainan dengan ukuran maksimal 1m2 untuk 1 set (5 ekor betina 3 ekor jantan). Medianya cukup mengunakan aquarium atau kolam semen. Pembesaran adalah menghasilkan lobter ukuran konsumsi, Yang pertamakali dibutuhkan yaitu bibit lobster air tawar ukuran 2 inci untuk pembesaran. Berikutnya adalah lahan yang yang cukup luas dan sebaiknya merupakan kolam tanah dengan ukuran maksimal 1 M2 untuk 10 ekor. Jantan dan betina harus dipisahkan untuk mencegah perkawinan selama pembesaran. Lobster jantan lebih cepat pertumbuhannya oleh karena itu pembesaran sebaiknya dilakukan pada lobster jantan. PAKAN Lobster Air Tawar Agar pertumbuhanLobster air tawar sesuai dengan yang diharapkan maka pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan Lobster air tawar. Nutrisi yang dibutuhkan Lobster air tawar terdiri dari Protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Sekarang ini sudah banyak produsen-produsen yang memproduksi pakan Lobster air tawar Jenis-Jenis Pakan Lobster Air Tawar Pakan alami, biasanya dibudidayakan oleh peternak. Namun karena keterbatasan sarana dan prasaran biasanya peternak merasa kesulitan. Pakan alami yang dibudidayakan umumnya adalah chlorella, tetraselmis, dunaleilla, diatone, spirulina, artemia, kutu air, jentik nyamuk, cacing rambut, cacing tanah dan cacing darah. Pakan buatan sendiri, merupakan pakan yang diracik oleh peternak dari berbagai bahan seperti: tepung rebon, tepung ikan, cacing, wortel, toge, kacang hijau dan keong mas. Pakan racikan bisa dibentuk pellet atau pasta. Pakan komersil, yaitu pakan yang sudah jadi yang dioleh oleh perusahaan pakan ikan Pemberian pakan sebaiknya 3% dari berat badan LAT dan diberikan pada pagi atau sore hari. Jika pakan tidak habis sebaiknya dibuang pada saat pemberian pakan berikutnya. Penyakit pada Lobster Air Tawar Walaupun Lobster air tawar dikenal lebih tahan terhadap penyakit dibanding udang jenis lain, tidak berarti Lobster air tawar bisa terbebas dari penyakit, penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus. Pada periode pembesaran virus yang menjadi penyebab penyakit pada Lobster air tawar adalah: White Spot Disease (WSD) Penyakit yang disebabkan virus ini dapat menyebabkan sisi kolam mati. Untuk mengantisipasi serangan virus ini beberapa cara dapat dilakukan, yaitu: menghindari masuknya LAT yg terinfeksi mengurangi kepadatan penebaran lobster di dalam kolam menjaga tingkat kada ammonia dan keasaman air menghindari air yang sudah digunakan untuk budidaya udang lain membersihkan alat yang sudah terinfeksi Ricketsia-like organism Lobster air tawar yang terinfeksi virus ini biasanya melemah dan kadang-kadang ditandai dengan adanya bintik hitam atau biru kehijaun pada eksokoletonnya. LAT yang mati karena virus ini badan dan kepala terpisah. Jamur (Crayfish Plague) Lobster air tawar yang terinfeksi jamur ini umumnya jenis astacus astacus yang berasal dari eropa. Penularannya bisa melalui kutu asphanomices astaci atau bisa juga melalui peralatan yang digunakan Selain virus tersebut di atas gangguan terhadap Lobster air tawar disebabkan oleh hama, seperti: ular, tikus, burung, lele, dan ikan gurami Panen Hasil Lobster air tawar Panen sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu panas, pagi atau sore atau malam hari. Beberapa teknik panen yang biasa dilakuan pada usaha pembesaran adalah: 1. Flow Trapping Caranya adalah sebagai berikut: - Turunkan air kolam sampai 2cm dan persembunyian dikeluarkan dari kolam - Tempatkan kotak penampung di sisi kolam, tempat aerator pada kotak penampung untuk mencegah kekurangan oksigen. Pasang papan dengan posisi seperti papan luncur, dari dasar kolam ke sisi kolam tepat di atas kotak penampung. - Alirkan air pada papan tersebut Naluri Lobster adalah mencari air segar, dia akan menuju air yang mengalir dari papan dan memanjatnya setelah sampai atas lobster akan jatuh ke kotak penampungan. 2. Perangkap Tikus Teknik ini menggunakan perangkat tikus yang biasa digunakan di rumah, bagian pintu perangkapnya dig anti dengan corong. Caranya adalah sebagai berikut: Sebelum panen LAT jangan diberi makan Siapkan perangkap tikus yang telah dipasang umpan yang cukup untuk semua LAT Umpan yang digunakan adalah ikan atau keong mas Untuk menimbulkan aroma umpan dibakar dulu Memanen dengan cara ini air kolom tidak perlu diturunkan. TIPS CARA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR Tips 1 Budidaya Lobster air tawar: Gunakan indukan berukuran fisik besar (dapat menghasilkan +/-500 s/d +/-900 per ekor 1 kali bertelur)sebagai produksi bibit dan untuk mempercepat pertumbuhan bibit ukuran 2Cm beri makanan ekstra berupa cacing sutra, dan berikan cacing tanah untuk mempercepat proses bertelur untuk yang dikawainkan, kemudian perlu anda ketahui juga pada proses pergantian kulit berarti proses pertumbuhan,(bertambah besar).Terutama pada proses pembesaran di aquarium,oleh karena itu guna merangsang pergantian kulit sesering mungkin seiring dengan seringnya anda melakukan pergantian air pada aquarium (tiap 3hari atau seMinggu 1kali) tergantung tingkat kekeruhan airnya. Tips 2 Budidaya Lobster air tawar Lakukan pengawasan sesering mungkin, untuk menghidari serangan sekelompok Lobster lain terhadap Lobster yang sedang mengalami proses ganti kulit (moulting). Oleh karena pada saat proses moulting, disamping kondisinya yang lemah,pada saat itu juga mengeluarkan cairan zat yang dapat merangsang sifat kanibal dan melakukan penyerangan terhadap lobster yang sedang tidak berdaya. Dan berikan juga pengaman pada tempat (Kolam atau Aquarium) agar Lobster tidak kabur karena sifat pengembaraanya yang tinggi, dan dapat bertahan hidup hingga 8 s/d 12 jam diluar kolam/aquarium. Tips 3 Budidaya Lobster air tawar Berikan makanan tambahan/ektra, terutama pada malam hari, sekitar Pkl.19.00~21.00 secukupnya, periksa dan berikan makan berupa pelet, bila sudah tidak terdapat sisa makanan yang diberikan pada waktu sore hari. Hal ini dilakukan guna menghinadri saling menyerang diantara sesama Lobster, oleh karena hewan ini mempuyai sifat kanibalisme yang sangat tinggi di samping itu aktivitas kelompok hewan ini meningkat pada malam hari termasuk untuk mencari mangsa. Jenis hewan ini tidak menebar bau anyir/amis seperti jenis udang atau ikan lainnya, jadi budidaya ternak dapat/layak dilakukan dilingkungan rumah/tempat tinggal. Tips 4 Budidaya Lobster air tawar Tentukan pilihan anda sebelum terjun ke dunia bisnis Lobster Air Tawar ini oleh karena cara pengelolaannya terdiri dari beberapa segmen, apakah anda sebagai : pedagang ; Ternak pembesaran ; Ternak pembibitan ;Ternak hobi/koleksi. hal ini perlu dilakukan agar langkah usaha yang anda jalankan bisa lebih terfokus. Baca juga buku sebagai referensi yang mudah didapat, dan salah satu penyedianya GRAMEDIA,yaitu Seri Agribisnis LOBSTER AIR TAWAR Pembenihan dan Pembesaran, penulis; R Hondo Wiyanto/Rudi Hartono, cetakan Jakarta 2003 dan Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua, penulis;Samuel Patasik, cetakan Jakarta 2004. Cara Budidaya Lobster air tawar Tips 5 Budidaya Lobster air tawar Apabila pilihan Budidaya/ternak pembesaran,siapkan kolam untuk pembesaran mulailah dengan skala kecil dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan tetang sifat sifat yang spesifk dari hewan ini yang salah satunya adalah sifat kanibalisme yang tinggi.Agar skala resiko penyusutan pupulasi yang diakibatkan kematian dan kekurang terampilan dapat ditekan sekecil mungkin jika kelak memasuki usaha skla besar. Dan apa bila pengetahuan tersebut sudah didapat, mulailah dengan prencanaan produksi untuk target panen setiap bulan, untuk melihat ilustrasi perencanaan. Tips 6 Budidaya Lobster air tawar Pilihan budidaya ternak pembibitan sama dengan halnya dengan langkah budidaya pembesaran hanya pembibitan lebih sensitif lagi,sebaiknya biarkan s/d usia +/-1.5 bulan baru pindahkan kekolam pembesaran. Hewan ini memang hidup lebih sesuai di iklim tropis dengan suhu udara 24 sampai dengan 30 derajat celcius demikian juga kondisi air, khusus untuk anak yang baru dipisahkan dari induknya (burayak) pergunakan alat atau cairan pengukur Ph air, kemudian apa bila Ph air tidak ideal (Ph air ideal untuk LAT = 7 s/d 9 ) dapat diatasi dengan cara memberikan additive Ph up ataupun Ph Down, guna mempetahankan Ph ideal. Semua perlengkapan untuk mengontrol keadaan Ph air bisa didapat di tempat penjualan accessories ikan hias terdekat. Tips 7 Budidaya Lobster air tawar Pilihan tempat,rencanakan lokasi penempatan aquarium maupun kolam pemeliharaan pilih yang nuansanya tidak bising karena hewan ini mudah stress oleh hal-2 yang demikian,terutama pada proses perkawinan dan kehamilan kemungkinan telur yang dikandungan akan mudah rontok, sehingga akan menghambat proses pengembang biakan yang diinginkan. Hindari lingkungan hama pemangsa, tikus, kucing, dan sejenis nya,dengan memasang pelindung tutup kawat ayam dan sejenisnya. Ketinggian permukaan air 15 s/d 20 Cm dan supply oksigen yang cukup dengan memasang aerotor/air stone(gelembug-2 udara) dan Filter pump, agar selalu terjadi sirkulasi air yang bersih.