Senin, 03 Juni 2013

Marikultur


Makalah Marikultur

 POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabrisius)
 DAN  IKAN BANDENG (Chanos-chanos)

OLEH

HENDRA GUNAWAN
120330058





PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013





KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadiran ALLAH  swt, yang telah memberikan  kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan yang sederhana ini, shalawat  dan salam penulis sanjungkan kepangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, Rasulullah yang telah merubah peradaban jahiliah menjadi peradapan islamiyah.
            Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah menbantu penlis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan, kelemahan, dan masih jauh dari harapan dan kesempurnaan. Penulis menyelesaikan makalah ini atas dasar perkembangan pengetahuan yang bersumber dari media pendidikan, selain itu mengingat penulis masi berstatus sebagai mahasiswa yang sangat kurang pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan makalah. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat menbangun. Sungguh pun demikian penulis juga mengharap makalah ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua.
                                                                                               
Aceh Utara, 20 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI
                                                                                                              
KATA PENGANTAR ...........................................................................................  i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................  ii
PENDAHULUAN   ................................................................................................  1
BAB I .......................................................................................................................  1
1.1 Pemeliharan di Tambak Polikultur...........................................................
1.2 Kondisi Kualitas di Tambak Polikultur....................................................
BAB II ......................................................................................................................  
2.1 Produksi dan Penerimaan Keuntungan Finansial ....................................  
2.2 Analisa Kebiasaan Udang Windu dan Ikan Bandeng ............................  
2.3 Analisis Finansial Tambak Polikultur.......................................................

KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
           
















PENDAHULUAN
BAB I

Menurut (Dahuri et al., 1996)  Kegiatan perikanan di wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk udang, dan atau ikan bandeng. Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan memelihara, membesarkan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pembudidayaan ikan dapat dilakukan secara polikultur yaitu pembudidayaan ikan lebih dari satu jenis secara terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan dikaji karena dapat meningkatkan kulitas air. kedalam kegiatan polikultur udang windu (Penaeus monodon Fabrisius) dan ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudi dayaan secara tradisional selalu menge depankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan tanpa pemberian makanan tambahan sehingga makanan bagi komo ditas yang dibudidayakan harus tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup.
Udang windu dan ikan bandeng secara biologis memiliki sifat – sifat yang dapat bersinergi sehingga budidaya polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena merupakan salah satu bentuk budidaya polikultur yang ramah terhadap lingkungannya.
ikan bandeng sebagai pemakan plankton merupakan pengendali terhadap kelebihan plankton dalam perairan. Kotoran udang, ikan bandeng dan bahan organik lainnya merupakan sumber hara yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Hubungan yang seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem perairan. Sehingga perlu diteliti bagaimana model pengelolaan budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng. Penelitian bertujuan untuk mengetahui model budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng secara tradisional.






1.1               Pemeliharaan di Tambak Polikultur

Laut
Pemberian saponin
Keduk Teplok
Pengeringan
Penebaran nener bandeng
Penebaran benih udang
Penebaran benur
Panen
Pengapuran
Pakan alami tumbuh
Penebaran nener
Pemeliharaan
Pemupukan
Kali Alo
Hasil Panen




                        



















Gambar 1.       Skema Bagan Alir Operasional Tambak Dua Komoditas


Pada budidaya ikan di tambak dengan menggunakan metode tradisional di mana ikan yang dibudidayakan hanya menggan tungkan pada pakan alami, maka pene baran nener bandeng dapat dilakukan kalau tambak sudah mengandung pakan alami. Pelaksanaan operasional tambak untuk budidaya polikultur udang dan ikan bandeng.



1.2 Kondisi Kualitas Air Tambak Polikultur

Pengelolaan air bertujuan untuk mem-pertahankan kualitas air layak untuk pemeliharaan dan pertumbuhan biota yang dibudidayakan. Pada prinsipnya pengelo-laan air dilakukan untuk mempertahankan nilai parameter air yang layak seperti:
1.      suhu 27 – 33 oC
2.      salinitas 15 – 33 permil
3.      alkalinitas 90 – 158 mg/l
4.      pH 7,5 – 8,5
5.      oksigen terlarut > 3,0 mg/l
6.      total organik matter < 150 mg/l
7.      amonia < 1 mg/l
8.      nitrat < 0,1 mg/l
9.      kecerahan 30 – 45 cm
10.  dan kedalaman air > 70 cm (Supito et al., 2005).

Data kualitas air dikelompokkan ber-dasarkan lama pemeliharaan budidaya poli kultur. Untuk lama pemeliharaan budidaya polikultur dua komoditas berselang waktu 0,5 bulan selama 3,0 bulan. Sedangkan untuk lama pemeliharaan budidaya poli kultur tiga komoditas berselang waktu 1,0 bulan selama 5,0 bulan. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan lama pene litian, terutama pada komoditas udang windu. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang mem-budidayakan udang dan ikan bandeng secara polikultur menggunakan lama peme liharaan 90 hari. Sedangkan Supito et al., (2000), dalam penelitiannya tentang produksi induk udang windu secara polikultur dengan ikan bandeng, menggunakan lama pemeliharaan 124 hari.Nilai rata – rata setiap parameter kualitas air tambak selama pemeliharaan antara budidaya polikultur.



Dalam budidaya polikultur udang dan ikan bandeng atau udang, ikan bandeng dan rumput laut secara tradisional, kelim pahan plankton mempunyai arti yang sangat penting. Kelimpahan plankton tidak hanya menjadi indikasi kesuburan perairan, tetapi juga karena plankton menjadi makanan biota yang dibudidayakan terutama udang dan ikan bandeng. Untuk pertumbuhan udang dan ikan bandeng tergantung kepada plankton sebagai makanannya. Oleh karena itu tingginya kelimpahan plankton akan menentukan pertumbuhan udang dan ikan bandeng. (Rosyadi dan Daryono, 2000)























BAB II

2.1 Produksi dan Penerimaan Keuntungan Finansial
A. Pertumbuhan Udang Windu
Pertumbuhan mutlak udang windu yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai berat 23,62 gram sedangkan pertumbuhan mutlak udang windu yang dipelihara di tambak polikultur tiga komoditas mencapai berat 23,93 gram.












                                                                                   

Grafik pertumbuhan udang windu

Kegemukan Udang Windu
Tingkat kegemukan udang windu yang dipelihara pada tambak tiga komoditas lebih gemuk dari pada udang windu yang dipelihara pada tambak dua komoditas. Kegemukan udang windu rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai 0,550996 dengan kisaran minimum 0,248629 dan maksimum 0,775869. Sedangkan kegemukan udang windu rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur tiga komoditas mencapai 0,604114 dengan kisaran minimum 0,359692 dan maksimum 0,799065.



Kelimpahan Plankton dalam Lambung Udang Windu

Kelimpahan plankton dalam lambung udang tiga komoditas selama pemeliharaan berkisar di antara 8.180 – 15.048 individu /liter dengan rata – rata sebesar 11.466 individu/liter. Sedangkan kelimpahan plankton dalam lambung udang dua komo ditas selama pemeliharaan berkisar di antara 3.657 – 12.025 individu/liter dengan rata – rata sebesar 8.890 individu/liter. Kelimpahan plankton dalam lambung udang tidak berbeda nyata (uji t), tetapi bila dilihat rata – rata kelimpahan plankton dalam lambung udang selama pemelihara an kelimpahan plankton pada lambung udang tiga komoditas lebih tinggi, hal ini disebabkan rumput laut dalam tambak dapat mengurangi kandungan toksik seperti logam berat dan bahan organik lainnya yang dapat mengurangi laju pertumbuhan plankton dalam tambak.

B. Pertumbuhan Ikan Bandeng

Menurut Effendi (1997), menyatakan bahwa dalam polikultur yang berpengaruh pada pertumbuhan ikan adalah makanan dan suhu.Pertumbuhan mutlak ikan bandeng yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai berat 184,74 gram sedangkan pertumbuhan mutlak ikan bandeng yang dipelihara di tambak poli kultur tiga komoditas mencapai berat 354,99 gra














                                                                                                                                  
Grafik pertumbuhan ikan banding di tambak polikultur
Kegemukan Ikan Bandeng
Kegemukan ikan bandeng rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai 0,807412 dengan kisaran minimum 0,301860 dan maksimum 0,981162. Sedangkan kegemukan ikan bandeng rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur tiga komoditas mencapai 0,814181 dengan kisaran minimum 0,638937 dan maksimum 1,275966.
Faktor ketersediaan makanan menjadi faktor penentu dimana kelimpahan tingkat kebutuhan pada budidaya polikultur tiga komoditas lebih tinggi daripada dua komoditas. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada tambak polikultur tiga komoditas lebih tinggi daripada kelim pahan fitoplankton dan zooplankton pada dua komoditas.

Kelimpahan Plankton dalam Lambung Ikan Bandeng
             Kelimpahan plankton dalam lambung ikan bandeng tiga komoditas selama pemeliharaan berkisar diantara 43.806,5 – 112.370 individu/liter, dengan rata – rata kelimpahan sebesar 69.845,13 individu / liter. Sedangkan kelimpahan plankton dalam lambung ikan bandeng yang dikon sumsi bandeng dua komoditas selama pemeliharaan berkisar antara 11.207 – 43.806,5 individu/liter dengan rata – rata sebesar 22.956,56 individu/liter.
             Kelimpahan plankton dalam lambung ikan bandeng tidak berbeda nyata (uji t), tetapi bila dilihat rata – rata kelimpahan plankton dalam lambung udang selama pemeliharaan kelimpahan plankton pada lambung udang tiga komoditas lebih tinggi. Hal ini disebabkan rumput laut dalam tambak dapat mengurangi kan-dungan toksik seperti logam berat dan bahan organik lainnya yang dapat mengu-rangi laju pertumbuhan plankton dalam tambak.
                             





2.2 Analisa Kebiasaan Udang Windu dan Ikan Bandeng

Pada lambung udang dengan metode dua komoditas dan tiga komoditas, sepecies plankton yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia vermicularis. Pada lambung udang polikultur dua komoditas, frekwensi kejadian sepecies ini adalah 100 % yang artinya, sepecies ini ditemukan disetiap lambung udang yang diamati. Sedangkan pada lambung udang polikultur tiga komoditas adalah 85 % yang artinya, dari 20 lambung udang yang diamati spesies plankton ini ditemukan didalam 17 lambung udang.
Frekuensi kejadian plankton yang dikonsumsi bandeng pada tambak dua komoditas tertinggi pada Nitzschia curvula sebesar 90 %, dan pada tambak tiga komoditas frekuensi tertinggi pada Nitzschia vermicularis  sebesar 85 %. Nitzschia curvula dan Nitzschia vermi cularis  temasuk dari golongan Chryso phyta, hal ini menunjukkan bandeng dan udang pada tambak polikultur dua dan tiga komoditas memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengkonsumsi plankton dari jenis Chrysophyta dibanding dengan plankton dari jenis lain. Hal ini dapat disebabkan karena pada umumnya Chryso phyta keberadaanya melimpah dan berada hampir disemua lingkungan perairan (Wijarni,1998), selain itu Chrysophyta relatif lebih mudah untuk dicerna di-bandingkan dengan Cyanophyta yang me-miliki kadar mucus tinggi dan Clorophyta yang memiliki dinding sel yang tebal.

2.3 Analisis Finansial Tambak Polikultur

Analisis finansial tambak polikultur bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan atau keuntungan bersih yang diterima pembudidaya. Analisis finansial meliputi perhitungan biaya pengeluaran atau biaya operasional tambak dan pene-rimaan hasil penjualan produksi tambak. Ada beberapa pengeluaran untuk biaya operasional tambak polikultur dua komo-ditas dan tiga komoditas yaitu keduk teplok, pemupukan tanah dasar, pemberian kapur atau dolomit, pemberian saponin dan pembelian benih atau bibit. Total pengeluaran rata – rata untuk budidaya tambak dua komoditas mencapai Rp. 3.169.556 /ha/mt, sedangkan untuk budidaya tambak tiga komoditas adalah mencapai Rp. 2.361.994 /ha/mt.
KESIMPULAN

Berdasarkan  pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kondisi lingkungan makro yang merupakan daya dukung tambak polikultur secara topografis dan geografis memiliki jenis tanah allufial kelabu dengan ke-tinggian 0 – 3 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan kurang dari 2% , bertekstur lempung  liat berpasir sampai liat dengan kedalaman tanah efektif 90 cm. Sumber air tambak berupa laut yang memperoleh pasok air tawar dari 5 sungai. Kualitas dan kesuburan air cukup baik dan berada pada kisaran standard kualitas air untuk tambak. Hutang mangrove seluas 581,955 ha dengan ketebalan 500 meter, kerapatan 1 – 2 pohon / m2  terdapat disepanjang pantai, kiri kana sungai dan ditanam di pematang tambak adalah merupakan pelindung kawasan tambak polikultur.        
Lebih Tingkat pendidikan  budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng (2 komo-ditas). Tingginya tingkat pendidikan mem-pengaruhi pemilihan usaha budidaya polikutur melalui pemikiran yang lebih rasional dengan mempertimbangkan keadaan alamnya. Pengelolaan tambak pada kedua model polikultur dilaksanakan secara tradisional plus
Dengan di integrasikannya budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng (2 komoditas), ternyata meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air tambak dan menurunkan kan-dungan amoniak (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrit (NO2), Ortho Fosfat (PO43), Biological Oksigen Demand (BOD) dan kandungan Logam Berat Pb Dalam air tambak. Kecerahan, alkalinitas, BOD dan kandungan logam Pb pada air tambak budidaya polikultur 3 komoditas berbeda sangat nyata dengan kandungan air pada budidaya polikultur 2 komoditas. Kesu-buran air tambak 3 komoditas lebih tinggi dari kesuburan air tambak 2 komoditas walaupun secara statistik tidak menunjuk-kan perbedaan yang nyata.
Produksi tambak 2 komoditas berupa udang windu 201,11 Kg/ha/mt, ikan bandeng 1180,56 Kg/ha/mt adalah lebih tinggi dari produksi tambak 2 komoditas berupa udang windu 181 Kg/ha/mt dan ikan bandeng 198,33 Kg/ha/mt.




DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2002. Petunjuk Teknis Budidaya Udang. Direktorat Jen-deral Perikanan Budidaya Direk-torat Pembudidayaan. Program Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Jakarta.

Dahuri R, Jacob Rais, S.P.Ginting dan H. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Paramitha. Jakarta. Indonesia

Effendi. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 Halaman

Supito, M. Seri dan Madenur. 2005. Budidaya Terpadu Ikan Bandeng dan Udang Windu, Kekerangan. Laporan Tahunan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Pusat Riset perikanan Budidaya Badan Riset kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan. Hal 88-96

Tidak ada komentar: