Sabtu, 01 Juni 2013

KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)


MAKALAH IKHTIOLOGI


KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)




OLEH :
HENDRA GUNAWAN
120330058








PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ikhtiologi yang berjudul “Kerapu Tikus (Cromileptes Altivelis).” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu saya memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama menyelesaikan makalah ini.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk membuat kesempurnaan makalah ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.






Reulet,   Mei 2013


Penulis





Isi                                                                                                                Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................                i
DAFTAR ISI.............................................................................................                ii
DAFTAR TABEL....................................................................................                iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................                 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…………….                 3
2.2. Klasifikasi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……………                 3
2.3. Habitat Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)………………..                4
III. PEMBAHASAN
3.1. Kebiasaan Makan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…….                 5
3.2. Sistem Itrugumen Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…….                 5
3.3. Reproduksi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……………                7
3.3.1. Pematangan Gonad Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis). 7
3.3.2.  Pemijahan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)………                8
3.4. Sortasi Dan Grading
3.4.1. Sortasi…………………………………………………..               8
3.4.2. Grading…………………………………………………               9
3.5. Pengangkutan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…………                9
3.5.1. Pengemasan Dan Pengangkutan Benih…………………              9
3.5.1.1.        Persiapan Pengangkutan………………………..               9
3.5.1.2.      Pengangkutan Benih…………………………….               11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................                 13




DAFTAR TABEL
TABEL                                                                                                                  Halaman

Lama Pengangkutan, Ukuran dan Jumlah Benih per Liter Air…………...                11
I.                   PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Ikan adalah hewan vertebrata (bertulang belakang) yang bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip, hewan berdarah dingin (poikiloterm), dan hidup di air baik di air tawar maupun di air laut.

     Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) merupakan komoditas perdagangan internasional yang harganya mahal dan permintaannya tinggi. Namun sebagian besar produksi ikan kerapu di indonesia adalah hasil dari tangkapan alam yang menggunakan bahan peledak atau racun (potasium sianida) sehingga akan merusak kelangsungan hidupnya dan menyebabkan kepunahan. Berkat potensinya yang cukup besar  telah menjadikan ikan kerapu sebagai salah satu komoditas unggulan nasional.
              Kerapu tikus adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis. Ciri khas terletak di bentuk mulutnya yang moncong dan rasa daging ikan kerapu tikus sangat lezat sehingga banyak orang menyukai daging ikan kerapu ini.
            Kini usaha budidaya ikan kerapu di indonesia semakin meningkat tetapi untuk memenuhi kebutuhan benih masih terbatas sehingga usaha pembenihan ikan kerapu perlu lebih dikembangkan. Penguasaan tenik pembenihan ikan kerapu dapat dikuasai, akan tetapi yang sering menjadi kendala dalam usaha pembenihan ikan kerapu adalah masalah modal dan biaya operasional kerja yang cukup besar. Sehingga perlu di upayakan jalan keluar oleh pemerintah khususnya bidang perikanan agar pembenihan ikan kerapu tikus dapat di budidayakan oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia dan dapat menambah pendapatan devisa negara (Subyakto dan Cahyaningsih 2003).
Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni 9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi 3500 spesies.




















II.                TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Morfologi Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)

               Ikan ini memiliki bentuk badan yang lonjong dan agak gepeng. serta bagian kepala memiliki bentuk yang mendatar, sehingga menyerupai kepala bebek. Moncongnya kelihatan meruncing seperti moncong tikus. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 17-19 jari-jari lunak, sirip dubur terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai ukuran panjang hingga 70 cm atau lebih namun yang umum ditangkap dan dikonsumsi kebanyakan berukuran 30-50 cm (Kordi, 2005).
              Tubuh ikan ini memiliki warna dasar abu-abu dengan bintik-bintik hitam berukuran cukup besar dan terbatas jumlahnya. Warna badan bagian atas merah sawo matang, dibagian bawah keputihan dan pada seluruh tubuh baik kepala sampai ujung ekor termasuk siripnya, terdapat noda-noda berwarna coklat tua yang menyebar secara merata (Murtidjo, 2002).

2.2. Klasifikasi Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)

               Klasifikasi Ikan Kerapu Tikus Menurut (Subyakto dan Cahyaningsih 2003)  adalah :
Filum                            : Chordata
Subfilum                     : Vertebrata
Kelas                            : Osteichtyes
Subkelas                       : actinopterigi
Ordo                             : Percomorphi
Subordo                       : percoidae
Family                          : Serranidae
                                          Subfamily                     : Ephinephelinae
Genus                          : Cromileptes
Spesies                          : Cromiileptes altivelis



2.3. Habitat Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Menurut (Akbar dan Sudaryanto 2001) ikan kerapu tikus daerah penyebarannya di mulai dari Afrika timur sampai Pasifik barat daya. Di indonesia sendiri kerapu tikus banyak di temukan di perairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Ambon. Dalam siklus hidupnya kerapu tikus dapat hidup di perairan karang yang kedalaman airnya 0,5 m – 3,0 m. Kerapu tikus muda dan larva banyak terdapat di perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar perairan berupa pasir berkarang yang banyak di tumbuhi padang lamun. Menginjak masa dewasa ikan bermigrasi ke periran yang lebih dalam antara 7,0 m – 40 m. Perpindahan ikan kerapu biasanya berlangsung pagi atau sore hari, telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.














III. PEMBAHASAN

3.1. Kebiasaan Makan Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
            Ikan kerapu bebek merupakan ikan karnivora dan tanggap terhadap pakan uatan asalkan dilatih terlebih dahulu. Untuk pembesaran jenis ikan ini diperlukan pellet terapung dengan kadar protein 47,5 %, lemak 8,2 %, serat kasar 8,54 % dan kalori total2,963 kcal kering.
           Namun demikian, hingga sekarang belum tersedia formula pakan buatan yang mutunya memenuhi syarat bagi pertumbuhan jenis ikan ini. Kerapu bebek memerlukan vitamin C untuk mencegah stres yang diakibatkan oleh perlakuan dalam penanganan atau pemeliharaan. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah L-askorbil-2-fosfat natrium dengan dosis 150 mg/kg pakan. Dosis vitamin C setinggi itu mamopu meningkatkan pertumbuhan, sintasan hidup dan efisiensi pakn serta kadar vitamin C dalam darah ikan kerapu bebek. Jenis karbohidrat yang sesuai untuk memberikan tingkat pertumbuhan ikan kerapu bebek adalah glukosa. Kadar protein terbaik untuk pembesaran ikan kerapu bebek adalah 45,3 %, sedangkan rasio protein-lemak adalah 4 : 1.

3.2. Sistem Itrugumen Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)

Kerapu tikus (Cromileptes altivelis) memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (anus), sirip pektoral (dada), sirip lateral (gurat sisi) dan sirip caudal (ekor). Selain sirip dibagian tubuhnya terdapat sisik yang berbentuk sikloid. Ketebalan tubuh sekitar 6,6 - 7,6 cm dari panjang spesifik dan panjang tubuh maksimal mencapai 70 cm. Ikan ini memiliki gigi canine (gigi yang terdapat pada rahang ikan). Lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertikal. Kulit berwarna abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh tubuh (Akbar dan Sudaryanto 2001).
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi   tubuh.  Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol  melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.  Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
      Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, tediri atas satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan kerapu genus Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh panjang, tebal badan 11-15 % dari panjang standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar.
      Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap, yaitu cokelat kemerahan sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah kecokelatan sampai merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2 – 3,1 kali dari panjng kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk bundar. Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
      Ikan kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris (menyerupai pita) dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 – 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor umumnya tegak. dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variola warna tubuh ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang standard 2,5 – 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.


3.3. Reproduksi Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan.  Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan
3.3.1. Pematangan Gonad Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
            Kualitas pakan yang diberikan pada induk kerapu bebek sangat berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad, sehingga pakan merupakan faktor penting bagi kebehasilan dalam proses pematangan gonad.
Induk diberi makanan berupa ikan segar antara lain cumi-cumi, layang, selar, japuh, lemuru. Jenis-jenis ikan ini mempunyai kandungan protein lebih dari 70 %. Pemberian protein yang tinggi sangat penting bagi tubuh ikan karena merupakan sumber pembangunan tubuh dan energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak. Pemberian pakan dapat dilakukan sampai kenyang yaitu berkisar antara  1 – 3 % dari total berat tubuh induk, dengan frekuensi pemberian pakan 1 kali sehari pada pagi atau sore hari (Sudaryanto dkk. dalam Anonimous, 1999).
Vitamin diberikan satu minggu sekali berupa 3 mg vitamin E yang berfungsi untuk memperlancar kerja fungsi sel kelamin, 1000 IU vitamin C untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat kematangan gonad, dan 1 – 2 mg vitamin B kompleks untuk meningkatkan nafsu makan ikan. Pemberian vitamin dengan cara mencampurkan pada pakan (Kordi, 2005).
3.3.2.  Pemijahan Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Pasangan induk yang telah matang gonad apabila dikumpulkan dalam satu tempat, pada waktunya akan terjadi pemijahan akan tetapi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pemijahan tersebut. Pertama adalah faktor teknis yang meliputi penanganan induk, seleksi induk dan metode yang digunakan, kedua adalah faktor nonteknis yang meliputi iklim, letak geografis dan kondisi lingkungan dimana induk berada. seekor induk betina berukuran 3 – 4 kg dapat menghasilkan 200 – 300 ribu butir telur per satu kali memijah. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air, sedangkan telur yang tidak dibuahi dan mati akan mengendap didasar pada slinitas air antara 28 -35 ppt.
Pemijahan kerapu tikus terjadi sepanjang tahun (12 kali) artinya waktu pemijahan ikan ini tidak tergantung pada musim. Ikan kerapu tergolong memijah secara ovipar, yaitu mengeluarkan telur ketika memijah dan perbandingan induk jantan dan betina yang akan dipijahkan adalah 1:1 dengan berat berkisar antara 1 – 4 kg. Metode pemijahan terbagi atas dua yaitu metode pemijahan secara alami dan metode pemijahan buatan. Metode pemijahan secara alami yaitu pemijahan dengan sistem manipulasi lingkungan dan sistem rangsangan hormon sedangkan  pemijahan buatan yaitu pemijahan dengan metode pengurutan (Stripping)
3.4. Sortasi Dan Grading
3.4.1. Sortasi
  • Sortasi adalah memilih (sorting) dan memisahkan individu dari suatu populasi ikan berdasarkan kriteria tertentu.
  • Penggunaan kriteria tersebut bergantung kepada tujuan sortasi
  • Tujuan sortasi antara lain adalah memenuhi permintaan pasar (konsumen), meningkatkan keseragaman(mutu), produk, serta meningkatkan harga produk.
3.4.2. Grading
  • Grading adalah kegiatan menggolong-golongkan ikan kedalam kriteria (umumnya adalah ukuran atau size) tertentu
  • Sebagai contoh grading pada udang windu
    yaitu tedapat beberapa grade (Big, Medium, Small, dan Under)
  • Grade big terdiri dari beberapa kelas dan setiap kelas memiliki harga yang bebeda
    misal: size 6-8 berarti dalam 1 kg terdapat 6-8 udang  
  • Demikian pula dengan grade medium dan small masing-masing dibagi lagi menjadi beberap kelas.
3.5. Pengangkutan Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
3.5.1. Pengemasan Dan Pengangkutan Benih
Menurut Agus Hermawan dkk. dalam Anonimous (1999), dalam pengangkutan benih Ikan ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu  persiapan pengangkutan dan cara pengangkutan.
3.5.1.1.        Persiapan Pengangkutan
            Hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi benih ikan hidup adalah cara menyediakan oksigen terlarut dalam media air selama transportasi. Ikan-ikan dalam media transportasi tersebut akan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air. Kondisi air transportasi ini dipengaruhi oleh suhu air, pH, dan kandungan karbondioksida (CO3). Karbondioksida ini merupakan senyawa hasil dari respirasi ikan dan merupakan racun yang potensial bagi ikan. Karbondioksida akan mempengaruhi keasaman air sehingga akan menurunkan pH air. Tingginya kandungan karbondioksida yang dibarengi turunnya pH air akan lebih membahayakan kelangsungan hidup ikan.
            Sebelum pengangkutan perlu persiapan yang matang, terutama persiapan terhadap ikan, bahan pengemas dan  persiapan teknis lainnya guna memperlancar dan melindungi ikan hingga selamat tiba di tempat tujuan.
a.       Persiapan terhadap ikan, ikan yang akan dipacking terlebih dahulu dipuasakan guna menghindari kotoran yang dikeluarkan dari sisa-sisa metabolisme sehingga akan menurunkan kualitas air. Ikan-ikan yang akan dipacking ukurannya harus seragam untuk meghindari kanibalisme dan ikan juga harus dalam kondisi sehat agar hidup sampai di tempat tujuan.
b.      Bahan pengangkut, bahan pengangkut digolongkan menjadi dua yaitu bahan pengangkut cara terbuka dan cara tertutup. Cara terbuka yaitu drum plastik atau fiber glass, aerator atau oksigen murni, selang dan batu aerasi. Cara tertutup yaitu kardus, styrofoam, plastik, karet, oksigen dan pita perekat.
c.       Es, biasanya digunakan untuk menurunkan suhu media pemeliharaan sampai 22 oC dengan suhu rendah maka proses metabolisme berjalan lambat sehingga akan menurunkan penggunaan oksigen serta menghindari pengeluaran kotoran yang berlebihan.
d.      Air laut, air yang digunakan dalam pengangkutan mutlak harus jernih dan dengan salinitas yang tidak berbeda jauh dari media budidaya. Kekeruhan akan menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam air dan tingginya laju konsumsi oksigen.





3.5.1.2.      Pengangkutan Benih
            Cara pengangkutan benih ikan yang biasa digunakan yaitu : pengangkutan benih dengan cara terbuka dan cara tertutup.
a.       Pengangkutan benih cara terbuka, pengangkutan benih dengan cara ini biasanya digunakan untuk jarak dekat atau jalan yang ditempuh melalui darat. Cara kerja atau tahapan sistem pengangkutan ini adalah sebagai berikut : drum plastik atau bak fiberglass yang telah disiapkan diisi dengan air laut hingga 1/2 atau 2/3 bagian wadah atau disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan dimasukkan, kemudian oksigen di alirkan ke dalam wadah yang telah berisi air melalui selang oksigen yang diberi pemberat dan batu aerasi serta dilengkapi dengan regulator yang berfungsi mengatur keluarnya oksigen. Setelah itu dimasukkan ikan yang akan dibawa dan dimasukkan es yang dibungkus dengan kantong plastik untuk menghindari menurunnya salinitas media pemeliharaan akibat mencairnya es.
b.      Pengangkutan benih cara tertutup, pengangkutan dengan cara ini merupakan cara yang paling umum dilakukan karena dianggap sebagai cara yang paling aman baik untuk jarak dekat maupun jauh. Kapasitas untuk persatuan liter akan berbeda menurut lamanya pengangkutan, ukuran dan jumlah benih, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.     
Tabel 1. Lama Pengangkutan, Ukuran dan Jumlah Benih per Liter Air
Ukuran (cm)
Jumlah/liter
Lama (jam)
5 – 7
5 – 7
3 – 4
2 – 3
6
10
13
15
20
10
10
10
                Cara kerja pada sistem pengangkutan ini adalah: Air laut yang telah disiapkan dimasukan kedalam kantong plastik ynag berlapis dua sebanyak 1/3 dari volume yang telah ditentukan, lalu kemudian masukkan ikan-ikan ke dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dengan kepadatan yang telah disesuaikan dengan ukuran dan jarak tempuh yang akan di capai. Kemudian kantong plastik tersebut diisi dengan oksigen murni dengan terlebih dahulu membuang udara bebas yang terdapat dalam kantong tersebut dengan cara menyimpul plastik dengan tangan sampai dipermukaan air lalu kantong plastik siap untuk diisi oksigan murni secara perlahan melalui selang sebanyak 2/3 volume yang telah ditentukan sehingga memperoleh perbandingan air dan oksigen murni sebesar 1 : 2 bagian. Setelah berisi oksigan maka plastik disimpul dan diikat dengan karet. Kantong plastik yang sudah diikat tersebut dimasukkan kedalam styrofoam lalu diberi 1 atau 2 bungkus es. Setelah itu styrofoam tersebut ditutup rapat dan diberi pita perekat secukupnya.












3.      DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. dan Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis). Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimous. 1996. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonimous. 1999. Pembenihan Ikan Kerapu Tikus ( Chromileptes altivelis ). Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perikanan, Balai Budidaya Laut. Lampung.
Anonimous. 2001. Petunjuk Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis). Pusat riset dan pengembangan Eksplorasi laut dan Perikanan Departemen kelautan dan perikanan dan Japan International Cooperation Agency, balai riset budidaya laut. Gondol.
Riyadi D.M.M. 2004. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa Depan ; Disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program Marginal Fishing Community Development Pilot (MFCDP), 22 September.
Kawahara, S., E. Setiadi, S. Ismi, Tridjoko dan K. Sugama, 2000.Kunci Keberhasilan Produksi Masal Juvenil Kerapu bebek (Chromileptes altivelis). Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol dan Japan International Cooperation Agency. Gondol.
Kordi, K.M.G.H., 2005. Budidaya Ikan Laut : Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta.
Kundrori, 1997. Teknik Pembenihan Kerapu Macan Di Loka Budidaya Air Payau Situbondo Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja Lapangan. Akademi Perikanan Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Kerapu Dalam Tambak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Randall, J. E., (1987). A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes : Serranidae; Epinephelinae) ot the indo-pacific Region in J.J. Polovina, S. Ralston (editor), Tropical Snapper and Groupers : Biology and Fisheries Management. Westview Press. Inc., Boulder and London.

Tidak ada komentar: