Minggu, 02 Juni 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


ANALISA NILAI DMA SUATU PERAIRAN DENGAN METODE ANALISA TITRASI ASAM BASA





OLEH :
HENDRA GUNAWAN
120330058







PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan pratikum kimia analisis yang berjudul “ANALISA NILAI DMA SUATU PERAIRAN DENGAN METODE ANALISA TITRASI ASAM BASA.” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten pembimbing yaitu firman dan kiki yang telah banyak membantu saya memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.






Reulet,  Mei 2013


Penulis





Isi                                                                                                                       Halaman
KATA PENGANTAR                                                                                             i
DAFTAR ISI                                                                                                             ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang                                                                                                1
Tujuan pratikum                                                                                              2
TINJAUAN PUSTAKA
            Dasar teori                                                                                                       3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat                                                                                         5
Bahan dan Alat                                                                                               5
Prosedur Kerja                                                                                                5
Prosedur Praktikum                                                                                                    6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil                                                                                                                7
Pembahasan                                                                                                    7
Penghitungan                                                                                                  8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan                                                                                                     9
DAFTAR PUSTAKA                                                                                              10







PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing.
            Dalam menentukan kualitas air atau baik buruknya perairan dapat ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu : derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, karbondioksida bebas, daya menggabung asam (DMA), dan salinitas air,. Kebutuhan air untuk berbagai aspek kehidupan menyangkut baik kuantitas maupun kualitasnya. Apabila jumlah airnya berlebihan atau kurang dari yang dibutuhkan, maka akan mengganggu demikian juga kualitas airnya harus sesuai dengan peruntukannya.
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
            Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.


Tujuan Pratikum

1.      Mahasiswa dapat menerapkan prinsip titrasi asam basa untuk mengukur nilai DMA (alkalinitas) di perairan


















TINJAUAN PUSTAKA

Dasar teori
            Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit penanganan limbahnya (Mahida, 1984), tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Perairan yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan yang sangat ideal untuk tempat hidup dan produktifitas organisme air. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan faktor penentu bagi semua proses produksi di suatu perairan. Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter penting dalam pemantauan kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan (Welch, 1952). Jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit ion H+ berarti lebih basa larutan tersebut. Larutan yang bersifat basa banyak mengandung OH- dan sedikit ion H+. Keasaman dan kebasaan diukur dengan skala logaritma antara 1 sampai 14 satuan. Satuan ini disebut pH dan skalanya skala pH. Oleh karena itu, nilai pH rendah menunjukan kondisi asam, dan nilai pH yang tinggi menunjukan konsentrasi H+ rendah atau konsentrasi OH- tinggi (Nybakken, 1988).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000
).
 Daya Menggabung Asam (DMA) adalah suatu cara menyatakan alkalinitas suatu perairan. Jika DMA rendah, perairan itu kurang baik daya penyangganya, sebaliknya jika DMA tinggi, maka perairan tersebut daya produksinya secara hayati bisa menjadi lebih besar dalam batas tertentu (Soeseno, 1970). Menurut  Wardoyo  (1981), alkalinitas atau DMA suatu perairan dapat digunakan indikator subur atau tidaknya suatu perairan. Alkalinitas juga menggambarkan kandungan basa dalam kation NH4, Ca, Mg, K, Na, dan Fe yang pada   umumnya bersenyawa dengan anion karbonat dan bikarbonat, asam lemah dan hidroksida.            Soeseno (1974) menyatakan apabila DMA suatu perairan tinggi maka daya produksi secara hayati bisa besar, dan apabila DMA perairan rendah maka perairan itu kurang baik daya penyangganya (softwater) (modul pratikum kimia analisis, 2013).
            Berdasarkan penentuan DMA menurut (asmawi, 1983) perairan dibagi menjadi 4 golonganyaitu:
Perairan dengan DMA 0 sampai 0,5.
Perairan golongan ini terlalu asam dan tidak produktif sehingga tidak baik untuk memelihara ikan. Perairan dengan DMA 0,5 sampai 2,0.Perairan ini pH-nya masih belum mantap tetapi sudah dapat di pakai untuk memelihara ikan, dan produktifitas kandungan bahan organik sudah tergolong tinggi. Perairan dengan DMA 2,0 sampai 5,0 . Perairan golongan ini pH-nya sudah agak basa, sangat produktif dan sangat baik untuk kehidupan ikan. Perairan dengan DMA 5,0. Perairan yang ini tarmasuk golongan perairan yang terlalu basa, dengan demikian berarti kurang baik untuk memelihara ikan (Soeseno, 1974).



METODE PRAKTEK

Waktu dan Tempat
Praktikum kimia analisis ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 20 MEI 2013 yang dimulai dari pukul 14.30 WIB – 16.00 WIB. Praktikum ini diadakan di laboratorium Budidaya perairan, Fakultas pertanian Universitas Malikussaleh.

Alat Dan Bahan
            Alat-alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah buret, statif dan klem, Erlemayer, pipet tetes, gelas ukur 1000 ml, gelas ukur 100, labu takar, corong.
            Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah sampel air (payau), indicator metal orange, natrium karbonat, 

Prosedur Kerja
1.      Prosedur Penentuan DMA :
a.       Diambil sampel air dengan gelas ukur 100 ml dan pindahkan ke dalam erlemayer.
b.      Lalu tambahkan 3 tetes indicator metal orange (MO).
c.       Kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan berwarna merah bata dan titrasi dilakukan duplo.
d.      Penghitunggan nilai DMA menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar DMA : x p x q ml/L
Keterangan :
p= jumlah ml larutan HCl yang terpakai
q= normalitas larutan HCl.
Metode Praktikum
a.       Diambil sampel air dengan gelas ukur 100 ml dan pindahkan ke dalam erlemayer.
b.      Lalu tambahkan 3 tetes indicator metal orange (MO).
c.       Kemudian mengambil 100 ml HCl, masukkan kedalam gelas ukur.
d.      Masukkan 100 ml HCl kedalam buret, untuk melakukan proses titrasi
e.       Sampel air yang sudah di berikan  indicator metal orange (MO), di titrasi dengan HCl dan erlemayer digoyang-goyangkan perlahan-lahan
f.       Titrasi diberhentikan ketika penambahan tetes demi tetes HCl merubah warna sampel air (payau) menjadi merah bata.
g.      Pekerjaan diulang dua kali (duplo).
h.      Catat berapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.
i.        Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.












HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dari hasil penentuan nilai DMA yang dilakukan dengan 2 (dua) kali pengujian dengan sampel air (payau)

Hasil uji pertama
Hasil uji kedua
kadar DMA 2.5
kadar DMA 3,7          
                                                                                   
Pembahasan             
     
Berdasarkan tabel di atas, perbandingan daya menggabung asam (DMA) pada 2 (dua) kali percobaan. Data yang diperoleh yaitu :
Uji pertama menghabiskan 2,5 ml HCl untuk merubah warna sampel menjadi merah bata,
Dan uji kedua menghabiskan 3,7 ml HCl untuk merubah warna menjadi merah bata.
Dalam percobaan ke-1, HCl 100 ml dimasukkan ke dalam labu gelas ukur 100 ml , kemudian ditambahkan 3 tetes indicator metal orange, dan dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat konsentrasi HCl 25 M. Sedangkan dalam percobaan ke-2 indikator berubah warna atau titik akhir titrasi tercapai pada saat konsentrasi HCl 3,7 M. Dari selisih diatas terjadi sangat sedikit kesalahan ini dikarenakan karena:
1.      Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.      Adanya kesalahan saat memasukkan HCl kedalam buret.
3.      Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
 Berdasarkan tabel di atas, perbandingan daya menggabung asam (DMA) pada pengujian pertama dan kedua sangat berbeda. Data yang diperoleh yaitu : uji sampel pertama 2.5 ml/L, dan uji sampel kedua 3,7 ml/L . Jika nilai alkanitas yang terlalu tinggi atau rendah dapat menghambat perkembangan organisme perairan, DMA perairan berkisar antara 2,0-5,0 ppm dan membagi perairan menjadi empat golongan sebagai berikut:
            Perairan dengan DMA 0-0,5 terlalu asam dan tidak produktif sehingga tidak baik untuk pemeliharaan ikan.Perairan dengan DMA 0,5-2,0 memiliki pH belum mantap tapi sudah dapat dipakai untuk memelihara dan produktifitasnya tergolong tinggi.
Perairan dengan DMA 2,0-4,0 pH sudah agak basa, sangat produktif dan baik untuk pemeliharaan ikan.
Perairan dengan DMA 5,0 maka tergolong terlampau basa sehingga kurang baik untuk pemeliharaan ikan (Soeseno, 1974).
Penghitungan
V1 = 2,5
V2  = 3,7
V rata – rata = V1 + V2 / 2
2,5 + 3,7 / 2 = 3.1
Percobaan pertama nilai DMA yang dihasilkan
= 2,5 x 0,1 N
= 0.25
percobaan kedua nilai DMA yang dihasilkan
= 3,7 x 0,1
= 0.37
Penjelasan
P1 + P2 / 2
= 0.25 + 0,37 / 2
= 0,31
Jadi hasil nilai DMA dari duplo adalah
0.31

KESIMPULAN


Uji pertama menghabiskan 2,5 ml HCl untuk merubah warna sampel menjadi merah bata, Dan uji kedua menghabiskan 3,7 ml HCl untuk merubah warna menjadi merah bata.
Jika nilai alkanitas yang terlalu tinggi atau rendah dapat menghambat perkembangan organisme perairan, DMA perairan berkisar antara 2,0-5,0 ppm dan membagi perairan menjadi empat golongan.
Untuk menunjukkan kapasitas penyangga dan tingkat kesuburan suatu perairan dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya nilai alkalinitas total atau DMA.
Hasil nilai DMA dari duplo adalah 0.31














DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba . PT. Gramedia, Jakarta.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourt Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama USA. 395.
G, Alaerts dan S.S. Santika. (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Graham, J.B. 1997. Air Breating Fishes. Academic Press, London.
Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problems in Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167 pp.
Lee,C.D. wang and C. L. Kuo 1978. Benthos Makro invertebrate and fish as biologycal indikator of water quality. In E.A.R. Quano. Asian Ins. Teach, Bangkok.
Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. C. V. Rajawali. Jakarta.
Modul pratikum kimia analisis,budidaya perairan fakultas pertanian universitas malikussaleh (2013).
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O – LIPI hal 42 – 46.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Direktorat JenderaL Perikanan Departemen Perikanan, Jakarta.
Soeseno. S . 1970. Limnologi untuk Sekolah Perikanan Menengah Atas. IPB, Bogor.
Soeseno. 1970. Pencemaran Lingkunga. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah.

1 komentar:

pak rektor mengatakan...

ndra, ni nabil, yang pernah bantu hendra praktik pas semester 1 kayaknya yang sama p hatta,
ni pas nyari tugas kualitas air di IPB, dapat referensi dari hendra, trims ndra