KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)
OLEH :
HENDRA
GUNAWAN
120330058
PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ikhtiologi yang berjudul “Kerapu
Tikus (Cromileptes Altivelis).” dapat
terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, saya
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
banyak membantu saya memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk
selama menyelesaikan makalah ini.
Saya telah berupaya memaksimalkan
tenaga, waktu dan pikiran saya untuk membuat kesempurnaan makalah ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang tidak sengaja
dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Sebagai penutup, saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan
laporan ini.
Reulet, Mei 2013
Penulis
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang........................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……………. 3
2.2. Klasifikasi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…………… 3
2.3. Habitat Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……………….. 4
III. PEMBAHASAN
3.1. Kebiasaan Makan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……. 5
3.2. Sistem
Itrugumen Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)……. 5
3.3. Reproduksi Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)…………… 7
3.3.1. Pematangan Gonad Keparu Tikus (Cromileptes
Altivelis). 7
3.3.2. Pemijahan Keparu
Tikus (Cromileptes Altivelis)……… 8
3.4. Sortasi Dan Grading
3.4.1. Sortasi………………………………………………….. 8
3.4.2. Grading………………………………………………… 9
3.5. Pengangkutan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)………… 9
3.5.1. Pengemasan Dan Pengangkutan Benih………………… 9
3.5.1.1. Persiapan Pengangkutan……………………….. 9
3.5.1.2. Pengangkutan Benih……………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 13
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Lama Pengangkutan, Ukuran dan Jumlah Benih
per Liter Air…………... 11
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ikan adalah hewan vertebrata
(bertulang belakang) yang bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip, hewan
berdarah dingin (poikiloterm), dan hidup di air baik di air tawar maupun di air
laut.
Ikan kerapu
tikus (Cromileptes altivelis)
merupakan komoditas perdagangan internasional yang harganya mahal dan
permintaannya tinggi. Namun sebagian besar produksi ikan kerapu di indonesia
adalah hasil dari tangkapan alam yang menggunakan bahan peledak atau racun (potasium sianida) sehingga akan merusak
kelangsungan hidupnya dan menyebabkan kepunahan. Berkat potensinya yang cukup
besar telah menjadikan ikan kerapu
sebagai salah satu komoditas unggulan nasional.
Kerapu tikus adalah jenis ikan
karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis. Ciri khas terletak
di bentuk mulutnya yang moncong dan rasa daging ikan kerapu tikus sangat lezat
sehingga banyak orang menyukai daging ikan kerapu ini.
Kini usaha budidaya ikan
kerapu di indonesia semakin meningkat tetapi untuk memenuhi kebutuhan benih
masih terbatas sehingga usaha pembenihan ikan kerapu perlu lebih dikembangkan.
Penguasaan tenik pembenihan ikan kerapu dapat dikuasai, akan tetapi yang sering
menjadi kendala dalam usaha pembenihan ikan kerapu adalah masalah modal dan
biaya operasional kerja yang cukup besar. Sehingga perlu di upayakan jalan
keluar oleh pemerintah khususnya bidang perikanan agar pembenihan ikan kerapu
tikus dapat di budidayakan oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia dan dapat
menambah pendapatan devisa negara (Subyakto dan Cahyaningsih 2003).
Dalam keluarga hewan bertulang
belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat
sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran
40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini
sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan
42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih
besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini
terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Ini sangat
kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni 9000
spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi
3500 spesies.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Ikan
Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Ikan ini memiliki bentuk
badan yang lonjong dan agak gepeng. serta bagian kepala memiliki bentuk yang
mendatar, sehingga menyerupai kepala bebek. Moncongnya kelihatan meruncing
seperti moncong tikus. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan
17-19 jari-jari lunak, sirip dubur terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari
lunak. Ikan ini bisa mencapai ukuran panjang hingga 70 cm atau lebih namun yang
umum ditangkap dan dikonsumsi kebanyakan berukuran 30-50 cm (Kordi, 2005).
Tubuh ikan ini memiliki warna dasar abu-abu dengan bintik-bintik hitam
berukuran cukup besar dan terbatas jumlahnya. Warna badan bagian atas merah
sawo matang, dibagian bawah keputihan dan pada seluruh tubuh baik kepala sampai
ujung ekor termasuk siripnya, terdapat noda-noda berwarna coklat tua yang
menyebar secara merata (Murtidjo, 2002).
2.2. Klasifikasi Ikan
Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Klasifikasi Ikan Kerapu Tikus Menurut (Subyakto dan Cahyaningsih 2003) adalah :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas :
Osteichtyes
Subkelas :
actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : percoidae
Family : Serranidae
Subfamily :
Ephinephelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromiileptes
altivelis
2.3. Habitat Ikan
Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Menurut
(Akbar dan Sudaryanto 2001) ikan kerapu tikus daerah penyebarannya di mulai
dari Afrika timur sampai Pasifik barat daya. Di indonesia sendiri kerapu tikus
banyak di temukan di perairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Ambon. Dalam
siklus hidupnya kerapu tikus dapat hidup di perairan karang yang kedalaman
airnya 0,5 m – 3,0 m. Kerapu tikus muda dan larva banyak terdapat di perairan
pantai dekat muara sungai dengan dasar perairan berupa pasir berkarang yang
banyak di tumbuhi padang lamun. Menginjak masa dewasa ikan bermigrasi ke periran
yang lebih dalam antara 7,0 m – 40 m. Perpindahan ikan kerapu biasanya
berlangsung pagi atau sore hari, telur dan larva bersifat pelagis sedangkan
kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.
III.
PEMBAHASAN
3.1. Kebiasaan Makan Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Ikan kerapu bebek merupakan ikan
karnivora dan tanggap terhadap pakan uatan asalkan dilatih terlebih dahulu.
Untuk pembesaran jenis ikan ini diperlukan pellet terapung dengan kadar protein
47,5 %, lemak 8,2 %, serat kasar 8,54 % dan kalori total2,963 kcal kering.
Namun demikian, hingga sekarang belum tersedia formula pakan buatan yang mutunya memenuhi syarat bagi pertumbuhan jenis ikan ini. Kerapu bebek memerlukan vitamin C untuk mencegah stres yang diakibatkan oleh perlakuan dalam penanganan atau pemeliharaan. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah L-askorbil-2-fosfat natrium dengan dosis 150 mg/kg pakan. Dosis vitamin C setinggi itu mamopu meningkatkan pertumbuhan, sintasan hidup dan efisiensi pakn serta kadar vitamin C dalam darah ikan kerapu bebek. Jenis karbohidrat yang sesuai untuk memberikan tingkat pertumbuhan ikan kerapu bebek adalah glukosa. Kadar protein terbaik untuk pembesaran ikan kerapu bebek adalah 45,3 %, sedangkan rasio protein-lemak adalah 4 : 1.
Namun demikian, hingga sekarang belum tersedia formula pakan buatan yang mutunya memenuhi syarat bagi pertumbuhan jenis ikan ini. Kerapu bebek memerlukan vitamin C untuk mencegah stres yang diakibatkan oleh perlakuan dalam penanganan atau pemeliharaan. Jenis vitamin yang dianjurkan adalah L-askorbil-2-fosfat natrium dengan dosis 150 mg/kg pakan. Dosis vitamin C setinggi itu mamopu meningkatkan pertumbuhan, sintasan hidup dan efisiensi pakn serta kadar vitamin C dalam darah ikan kerapu bebek. Jenis karbohidrat yang sesuai untuk memberikan tingkat pertumbuhan ikan kerapu bebek adalah glukosa. Kadar protein terbaik untuk pembesaran ikan kerapu bebek adalah 45,3 %, sedangkan rasio protein-lemak adalah 4 : 1.
3.2. Sistem Itrugumen Ikan Keparu Tikus (Cromileptes
Altivelis)
Kerapu tikus (Cromileptes altivelis)
memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (anus), sirip pektoral (dada),
sirip lateral (gurat sisi) dan sirip caudal (ekor). Selain sirip dibagian
tubuhnya terdapat sisik yang berbentuk sikloid. Ketebalan tubuh sekitar 6,6 - 7,6 cm dari panjang spesifik dan panjang
tubuh maksimal mencapai 70 cm. Ikan ini memiliki gigi canine (gigi yang terdapat pada rahang ikan). Lubang hidung besar berbentuk
bulan sabit vertikal. Kulit berwarna abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik
hitam diseluruh tubuh (Akbar dan Sudaryanto 2001).
Bentuk tubuh
pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh. Rahang atas dan bawah
dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. Mulut lebar, serong ke atas dengan
bibir bawah yang sedikit menonjol
melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal
dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan
yang berjari-jari lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada.
Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca
merupakan monotipik, tediri atas satu spesies, warna coklat gelap, tubuh
melebar, sirip dada tidak simetris, sirip punggung terdiri atas 9 jari-jari
keras, sirip ekor tegak. ikan kerapu genus Anyperodon
merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, bintik coklat
pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh panjang, tebal
badan 11-15 % dari panjang standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta
sirip bundar.
Ikan kerapu genus Cephalopholis
terdiri atas: warna gelap, yaitu cokelat kemerahan sampai cokelat tua dan warna
terang, yaitu merah kecokelatan sampai merah atau kuning atau jingga, panjang
standard 2,2 – 3,1 kali dari panjng kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi
dengan bonggol, sirip ekor berbentuk bundar. Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh
bintik-bintik berwarna cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada
sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor
berbentuk bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomus warna
gelap bergaris (menyerupai pita) dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak
putihan, sirip berwarna kuning, tulang sirip dubur lemah, panjang standard 2,8
– 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor umumnya tegak. dan yang terakhir
ikan kerapu dari genus Variola warna
tubuh ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian
pinggir, panjang standard 2,5 – 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor
berbentuk sabit.
3.3. Reproduksi Ikan Keparu Tikus (Cromileptes
Altivelis)
Ikan kerapu
merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi
gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai
siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan
kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan
3.3.1. Pematangan Gonad Ikan Keparu Tikus (Cromileptes
Altivelis)
Kualitas pakan yang diberikan pada induk kerapu bebek sangat berpengaruh
terhadap tingkat kematangan gonad, sehingga pakan merupakan faktor penting bagi
kebehasilan dalam proses pematangan gonad.
Induk diberi makanan
berupa ikan segar antara lain cumi-cumi, layang, selar, japuh, lemuru.
Jenis-jenis ikan ini mempunyai kandungan protein lebih dari 70 %. Pemberian
protein yang tinggi sangat penting bagi tubuh ikan karena merupakan sumber
pembangunan tubuh dan energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak.
Pemberian pakan dapat dilakukan sampai kenyang yaitu berkisar antara 1 –
3 % dari total berat tubuh induk, dengan frekuensi pemberian pakan 1 kali
sehari pada pagi atau sore hari (Sudaryanto dkk. dalam Anonimous, 1999).
Vitamin diberikan satu
minggu sekali berupa 3 mg vitamin E yang berfungsi untuk memperlancar kerja
fungsi sel kelamin, 1000 IU vitamin C untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan
mempercepat kematangan gonad, dan 1 – 2 mg vitamin B kompleks untuk meningkatkan
nafsu makan ikan. Pemberian vitamin dengan cara mencampurkan pada pakan (Kordi,
2005).
3.3.2. Pemijahan Ikan
Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
Pasangan induk yang
telah matang gonad apabila dikumpulkan dalam satu tempat, pada waktunya akan
terjadi pemijahan akan tetapi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi
pemijahan tersebut. Pertama adalah faktor teknis yang meliputi penanganan
induk, seleksi induk dan metode yang digunakan, kedua adalah faktor nonteknis
yang meliputi iklim, letak geografis dan kondisi lingkungan dimana induk
berada. seekor
induk betina berukuran 3 – 4 kg dapat menghasilkan 200 – 300 ribu butir telur
per satu kali memijah. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air,
sedangkan telur yang tidak dibuahi dan mati akan mengendap didasar pada
slinitas air antara 28 -35 ppt.
Pemijahan kerapu tikus terjadi sepanjang tahun (12 kali) artinya waktu
pemijahan ikan ini tidak tergantung pada musim. Ikan kerapu tergolong memijah
secara ovipar, yaitu mengeluarkan telur ketika memijah dan perbandingan induk
jantan dan betina yang akan dipijahkan adalah 1:1 dengan berat berkisar antara
1 – 4 kg. Metode pemijahan terbagi atas dua yaitu metode pemijahan secara alami
dan metode pemijahan buatan. Metode pemijahan secara alami yaitu pemijahan dengan
sistem manipulasi lingkungan dan sistem rangsangan hormon sedangkan
pemijahan buatan yaitu pemijahan dengan metode pengurutan (Stripping)
3.4. Sortasi Dan Grading
3.4.1. Sortasi
- Sortasi adalah memilih (sorting) dan memisahkan individu dari suatu populasi ikan berdasarkan kriteria tertentu.
- Penggunaan kriteria tersebut bergantung kepada tujuan sortasi
- Tujuan sortasi antara lain adalah memenuhi permintaan pasar (konsumen), meningkatkan keseragaman(mutu), produk, serta meningkatkan harga produk.
3.4.2.
Grading
- Grading adalah kegiatan menggolong-golongkan ikan kedalam kriteria (umumnya adalah ukuran atau size) tertentu
- Sebagai contoh grading pada udang windu
yaitu
tedapat beberapa grade (Big, Medium, Small, dan Under)
- Grade big terdiri dari beberapa kelas dan setiap kelas memiliki harga yang bebeda
misal: size
6-8 berarti dalam 1 kg terdapat 6-8 udang
- Demikian pula dengan grade medium dan small masing-masing dibagi lagi menjadi beberap kelas.
3.5.
Pengangkutan Ikan Keparu Tikus (Cromileptes Altivelis)
3.5.1. Pengemasan Dan Pengangkutan Benih
Menurut Agus Hermawan
dkk. dalam Anonimous (1999), dalam pengangkutan benih Ikan ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu persiapan pengangkutan dan cara
pengangkutan.
3.5.1.1. Persiapan Pengangkutan
Hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi benih ikan hidup adalah cara
menyediakan oksigen terlarut dalam media air selama transportasi. Ikan-ikan
dalam media transportasi tersebut akan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam
air. Kondisi air transportasi ini dipengaruhi oleh suhu air, pH, dan kandungan
karbondioksida (CO3). Karbondioksida ini merupakan senyawa hasil
dari respirasi ikan dan merupakan racun yang potensial bagi ikan.
Karbondioksida akan mempengaruhi keasaman air sehingga akan menurunkan pH air.
Tingginya kandungan karbondioksida yang dibarengi turunnya pH air akan lebih
membahayakan kelangsungan hidup ikan.
Sebelum pengangkutan perlu persiapan yang matang, terutama persiapan
terhadap ikan, bahan pengemas dan persiapan teknis lainnya guna
memperlancar dan melindungi ikan hingga selamat tiba di tempat tujuan.
a. Persiapan terhadap ikan,
ikan yang akan dipacking terlebih dahulu dipuasakan guna menghindari kotoran
yang dikeluarkan dari sisa-sisa metabolisme sehingga akan menurunkan kualitas
air. Ikan-ikan yang akan dipacking ukurannya harus seragam untuk meghindari
kanibalisme dan ikan juga harus dalam kondisi sehat agar hidup sampai di tempat
tujuan.
b. Bahan pengangkut, bahan
pengangkut digolongkan menjadi dua yaitu bahan pengangkut cara terbuka dan cara
tertutup. Cara terbuka yaitu drum plastik atau fiber glass, aerator atau
oksigen murni, selang dan batu aerasi. Cara tertutup yaitu kardus, styrofoam,
plastik, karet, oksigen dan pita perekat.
c. Es, biasanya digunakan
untuk menurunkan suhu media pemeliharaan sampai 22 oC dengan suhu
rendah maka proses metabolisme berjalan lambat sehingga akan menurunkan
penggunaan oksigen serta menghindari pengeluaran kotoran yang berlebihan.
d. Air laut, air yang
digunakan dalam pengangkutan mutlak harus jernih dan dengan salinitas yang
tidak berbeda jauh dari media budidaya. Kekeruhan akan menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen di dalam air dan tingginya laju konsumsi oksigen.
3.5.1.2. Pengangkutan Benih
Cara pengangkutan benih ikan yang biasa digunakan yaitu : pengangkutan benih
dengan cara terbuka dan cara tertutup.
a. Pengangkutan benih cara
terbuka, pengangkutan benih dengan cara ini biasanya digunakan untuk jarak
dekat atau jalan yang ditempuh melalui darat. Cara kerja atau tahapan sistem
pengangkutan ini adalah sebagai berikut : drum plastik atau bak fiberglass yang
telah disiapkan diisi dengan air laut hingga 1/2 atau 2/3 bagian wadah atau
disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan dimasukkan, kemudian oksigen di
alirkan ke dalam wadah yang telah berisi air melalui selang oksigen yang diberi
pemberat dan batu aerasi serta dilengkapi dengan regulator yang berfungsi
mengatur keluarnya oksigen. Setelah itu dimasukkan ikan yang akan dibawa dan
dimasukkan es yang dibungkus dengan kantong plastik untuk menghindari
menurunnya salinitas media pemeliharaan akibat mencairnya es.
b. Pengangkutan benih cara
tertutup, pengangkutan dengan cara ini merupakan cara yang paling umum
dilakukan karena dianggap sebagai cara yang paling aman baik untuk jarak dekat
maupun jauh. Kapasitas untuk persatuan liter akan berbeda menurut lamanya
pengangkutan, ukuran dan jumlah benih, yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 1. Lama Pengangkutan, Ukuran dan
Jumlah Benih per Liter Air
Ukuran (cm)
|
Jumlah/liter
|
Lama (jam)
|
5 – 7
5 – 7
3 – 4
2 – 3
|
6
10
13
15
|
20
10
10
10
|
Cara kerja pada sistem pengangkutan ini adalah: Air laut yang telah
disiapkan dimasukan kedalam kantong plastik ynag berlapis dua sebanyak 1/3 dari
volume yang telah ditentukan, lalu kemudian masukkan ikan-ikan ke dalam kantong
plastik yang telah berisi air laut dengan kepadatan yang telah disesuaikan
dengan ukuran dan jarak tempuh yang akan di capai. Kemudian kantong plastik
tersebut diisi dengan oksigen murni dengan terlebih dahulu membuang udara bebas
yang terdapat dalam kantong tersebut dengan cara menyimpul plastik dengan
tangan sampai dipermukaan air lalu kantong plastik siap untuk diisi oksigan
murni secara perlahan melalui selang sebanyak 2/3 volume yang telah ditentukan
sehingga memperoleh perbandingan air dan oksigen murni sebesar 1 : 2 bagian. Setelah
berisi oksigan maka plastik disimpul dan diikat dengan karet. Kantong plastik
yang sudah diikat tersebut dimasukkan kedalam styrofoam lalu diberi 1 atau 2
bungkus es. Setelah itu styrofoam tersebut ditutup rapat dan diberi pita
perekat secukupnya.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. dan
Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek (Chromileptes
altivelis). Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimous. 1996. Pembenihan
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Direktorat Bina
Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonimous. 1999. Pembenihan
Ikan Kerapu Tikus ( Chromileptes altivelis ). Departemen
Pertanian, Direktorat Jendral Perikanan, Balai Budidaya Laut. Lampung.
Anonimous. 2001. Petunjuk
Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis).
Pusat riset dan pengembangan Eksplorasi laut dan Perikanan Departemen kelautan
dan perikanan dan Japan International Cooperation Agency, balai riset budidaya
laut. Gondol.
Riyadi D.M.M. 2004. Kebijakan
Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa
Depan ; Disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program Marginal Fishing
Community Development Pilot (MFCDP), 22 September.
Kawahara, S., E.
Setiadi, S. Ismi, Tridjoko dan K. Sugama, 2000.Kunci Keberhasilan
Produksi Masal Juvenil Kerapu bebek (Chromileptes altivelis).
Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol dan Japan International Cooperation
Agency. Gondol.
Kordi, K.M.G.H., 2005. Budidaya
Ikan Laut : Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta.
Kundrori, 1997. Teknik
Pembenihan Kerapu Macan Di Loka Budidaya Air Payau Situbondo Jawa Timur.
Laporan Praktek Kerja Lapangan. Akademi Perikanan Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya
Kerapu Dalam Tambak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Randall, J. E., (1987). A
Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes : Serranidae;
Epinephelinae) ot the indo-pacific Region in J.J. Polovina, S. Ralston
(editor), Tropical Snapper and Groupers : Biology and Fisheries Management.
Westview Press. Inc., Boulder and London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar