Makalah Marikultur
POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabrisius)
DAN
IKAN BANDENG (Chanos-chanos)
OLEH
HENDRA GUNAWAN
120330058
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis mengucapkan kehadiran ALLAH
swt, yang telah memberikan
kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan yang sederhana ini, shalawat dan
salam penulis sanjungkan kepangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, Rasulullah
yang telah merubah peradaban jahiliah menjadi peradapan islamiyah.
Terimakasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah menbantu penlis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan, kelemahan, dan masih jauh
dari harapan dan kesempurnaan. Penulis menyelesaikan makalah ini atas dasar
perkembangan pengetahuan yang bersumber dari media pendidikan, selain itu
mengingat penulis masi berstatus sebagai mahasiswa yang sangat kurang
pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan makalah. Oleh karena itu penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat menbangun. Sungguh pun demikian
penulis juga mengharap makalah ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua.
Aceh Utara, 20 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................... i
DAFTAR ISI
........................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB I
....................................................................................................................... 1
1.1 Pemeliharan di
Tambak Polikultur...........................................................
1.2 Kondisi Kualitas di
Tambak Polikultur....................................................
BAB II
......................................................................................................................
2.1 Produksi dan Penerimaan Keuntungan Finansial ....................................
2.2 Analisa Kebiasaan Udang Windu dan Ikan Bandeng ............................
2.3 Analisis Finansial Tambak Polikultur.......................................................
KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
BAB I
Menurut
(Dahuri et al., 1996) Kegiatan perikanan
di wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk udang, dan
atau ikan bandeng. Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan memelihara,
membesarkan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
Pembudidayaan ikan dapat dilakukan secara polikultur yaitu pembudidayaan ikan
lebih dari satu jenis secara terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis
saat ini banyak diteliti dan dikaji karena dapat meningkatkan kulitas air.
kedalam kegiatan polikultur udang windu (Penaeus monodon Fabrisius) dan ikan
bandeng (Chanos-chanos Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudi dayaan
secara tradisional selalu menge depankan luas lahan, pasang surut, intercrop
dan tanpa pemberian makanan tambahan sehingga makanan bagi komo ditas yang dibudidayakan
harus tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup.
Udang
windu dan ikan bandeng secara biologis memiliki sifat – sifat yang dapat
bersinergi sehingga budidaya polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena
merupakan salah satu bentuk budidaya polikultur yang ramah terhadap
lingkungannya.
ikan
bandeng sebagai pemakan plankton merupakan pengendali terhadap kelebihan
plankton dalam perairan. Kotoran udang, ikan bandeng dan bahan organik lainnya
merupakan sumber hara yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk
pertumbuhannya. Hubungan yang seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem
perairan. Sehingga perlu diteliti bagaimana model pengelolaan budidaya
polikultur udang windu dan ikan bandeng. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
model budidaya polikultur udang windu dan ikan bandeng secara tradisional.
1.1
Pemeliharaan
di Tambak Polikultur
Laut
|
Pemberian saponin
|
Keduk Teplok
|
Pengeringan
|
Penebaran
nener bandeng
|
Penebaran
benih udang
|
Penebaran benur
|
Panen
|
Pengapuran
|
Pakan
alami tumbuh
Penebaran
nener
|
Pemeliharaan
|
Pemupukan
|
Kali Alo
|
Hasil Panen
|
Gambar
1. Skema Bagan Alir Operasional
Tambak Dua Komoditas
Pada
budidaya ikan di tambak dengan menggunakan metode tradisional di mana ikan yang
dibudidayakan hanya menggan tungkan pada pakan alami, maka pene baran nener
bandeng dapat dilakukan kalau tambak sudah mengandung pakan alami. Pelaksanaan
operasional tambak untuk budidaya polikultur udang dan ikan bandeng.
1.2
Kondisi Kualitas Air Tambak Polikultur
Pengelolaan
air bertujuan untuk mem-pertahankan kualitas air layak untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan biota yang dibudidayakan. Pada prinsipnya pengelo-laan air
dilakukan untuk mempertahankan nilai parameter air yang layak seperti:
1. suhu
27 – 33 oC
2. salinitas
15 – 33 permil
3. alkalinitas
90 – 158 mg/l
4. pH
7,5 – 8,5
5. oksigen
terlarut > 3,0 mg/l
6. total
organik matter < 150 mg/l
7. amonia
< 1 mg/l
8. nitrat
< 0,1 mg/l
9. kecerahan
30 – 45 cm
10. dan
kedalaman air > 70 cm (Supito et al., 2005).
Data
kualitas air dikelompokkan ber-dasarkan lama pemeliharaan budidaya poli kultur.
Untuk lama pemeliharaan budidaya polikultur dua komoditas berselang waktu 0,5
bulan selama 3,0 bulan. Sedangkan untuk lama pemeliharaan budidaya poli kultur
tiga komoditas berselang waktu 1,0 bulan selama 5,0 bulan. Perbedaan ini
disebabkan adanya perbedaan lama pene litian, terutama pada komoditas udang
windu. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang
mem-budidayakan udang dan ikan bandeng secara polikultur menggunakan lama peme
liharaan 90 hari. Sedangkan Supito et al., (2000), dalam penelitiannya tentang
produksi induk udang windu secara polikultur dengan ikan bandeng, menggunakan
lama pemeliharaan 124 hari.Nilai rata – rata setiap parameter kualitas air
tambak selama pemeliharaan antara budidaya polikultur.
Dalam budidaya polikultur udang dan ikan bandeng atau
udang, ikan bandeng dan rumput laut secara tradisional, kelim pahan plankton
mempunyai arti yang sangat penting. Kelimpahan
plankton tidak hanya menjadi indikasi kesuburan perairan, tetapi juga karena plankton
menjadi makanan biota yang dibudidayakan terutama udang dan ikan bandeng. Untuk
pertumbuhan udang dan ikan bandeng tergantung kepada plankton sebagai
makanannya. Oleh karena itu tingginya kelimpahan plankton akan menentukan
pertumbuhan udang dan ikan bandeng. (Rosyadi dan Daryono, 2000)
BAB II
2.1 Produksi dan
Penerimaan Keuntungan Finansial
A.
Pertumbuhan Udang Windu
Pertumbuhan
mutlak udang windu yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai
berat 23,62 gram sedangkan pertumbuhan mutlak udang windu yang dipelihara di
tambak polikultur tiga komoditas mencapai berat 23,93 gram.
Grafik
pertumbuhan udang windu
Kegemukan
Udang Windu
Tingkat
kegemukan udang windu yang dipelihara pada tambak tiga komoditas lebih gemuk
dari pada udang windu yang dipelihara pada tambak dua komoditas. Kegemukan
udang windu rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas
mencapai 0,550996 dengan kisaran minimum 0,248629 dan maksimum 0,775869. Sedangkan
kegemukan udang windu rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur tiga
komoditas mencapai 0,604114 dengan kisaran minimum 0,359692 dan maksimum
0,799065.
Kelimpahan Plankton dalam Lambung Udang Windu
Kelimpahan
plankton dalam lambung udang tiga komoditas selama pemeliharaan berkisar di
antara 8.180 – 15.048 individu /liter dengan rata – rata sebesar 11.466
individu/liter. Sedangkan kelimpahan plankton dalam lambung udang dua komo
ditas selama pemeliharaan berkisar di antara 3.657 – 12.025 individu/liter
dengan rata – rata sebesar 8.890 individu/liter. Kelimpahan plankton dalam
lambung udang tidak berbeda nyata (uji t), tetapi bila dilihat rata – rata
kelimpahan plankton dalam lambung udang selama pemelihara an kelimpahan
plankton pada lambung udang tiga komoditas lebih tinggi, hal ini disebabkan
rumput laut dalam tambak dapat mengurangi kandungan toksik seperti logam berat
dan bahan organik lainnya yang dapat mengurangi laju pertumbuhan plankton dalam
tambak.
B.
Pertumbuhan Ikan Bandeng
Menurut
Effendi (1997), menyatakan bahwa dalam polikultur yang berpengaruh pada
pertumbuhan ikan adalah makanan dan suhu.Pertumbuhan mutlak ikan bandeng yang
dipelihara di tambak polikultur dua komoditas mencapai berat 184,74 gram
sedangkan pertumbuhan mutlak ikan bandeng yang dipelihara di tambak poli kultur
tiga komoditas mencapai berat 354,99 gra
Grafik
pertumbuhan ikan banding di tambak polikultur
Kegemukan
Ikan Bandeng
Kegemukan
ikan bandeng rata – rata yang dipelihara di tambak polikultur dua komoditas
mencapai 0,807412 dengan kisaran minimum 0,301860 dan maksimum 0,981162.
Sedangkan kegemukan ikan bandeng rata – rata yang dipelihara di tambak
polikultur tiga komoditas mencapai 0,814181 dengan kisaran minimum 0,638937 dan
maksimum 1,275966.
Faktor
ketersediaan makanan menjadi faktor penentu dimana kelimpahan tingkat kebutuhan
pada budidaya polikultur tiga komoditas lebih tinggi daripada dua komoditas.
Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada tambak polikultur tiga komoditas lebih
tinggi daripada kelim pahan fitoplankton dan zooplankton pada dua komoditas.
Kelimpahan
Plankton dalam Lambung Ikan Bandeng
Kelimpahan
plankton dalam lambung ikan bandeng tiga komoditas selama pemeliharaan berkisar
diantara 43.806,5 – 112.370 individu/liter, dengan rata – rata kelimpahan
sebesar 69.845,13 individu / liter. Sedangkan kelimpahan plankton dalam lambung
ikan bandeng yang dikon sumsi bandeng dua komoditas selama pemeliharaan
berkisar antara 11.207 – 43.806,5 individu/liter dengan rata – rata sebesar
22.956,56 individu/liter.
Kelimpahan
plankton dalam lambung ikan bandeng tidak berbeda nyata (uji t), tetapi bila
dilihat rata – rata kelimpahan plankton dalam lambung udang selama pemeliharaan
kelimpahan plankton pada lambung udang tiga komoditas lebih tinggi. Hal ini
disebabkan rumput laut dalam tambak dapat mengurangi kan-dungan toksik seperti
logam berat dan bahan organik lainnya yang dapat mengu-rangi laju pertumbuhan
plankton dalam tambak.
2.2
Analisa Kebiasaan Udang Windu dan Ikan Bandeng
Pada lambung udang dengan metode
dua komoditas dan tiga komoditas, sepecies plankton yang paling banyak
ditemukan adalah Nitzschia vermicularis. Pada lambung udang polikultur dua
komoditas, frekwensi kejadian sepecies ini adalah 100 % yang artinya, sepecies
ini ditemukan disetiap lambung udang yang diamati. Sedangkan pada lambung udang
polikultur tiga komoditas adalah 85 % yang artinya, dari 20 lambung udang yang
diamati spesies plankton ini ditemukan didalam 17 lambung udang.
Frekuensi kejadian plankton yang
dikonsumsi bandeng pada tambak dua komoditas tertinggi pada Nitzschia curvula
sebesar 90 %, dan pada tambak tiga komoditas frekuensi tertinggi pada Nitzschia
vermicularis sebesar 85 %. Nitzschia
curvula dan Nitzschia vermi cularis
temasuk dari golongan Chryso phyta, hal ini menunjukkan bandeng dan
udang pada tambak polikultur dua dan tiga komoditas memiliki kecenderungan
lebih tinggi untuk mengkonsumsi plankton dari jenis Chrysophyta dibanding
dengan plankton dari jenis lain. Hal ini dapat disebabkan karena pada umumnya
Chryso phyta keberadaanya melimpah dan berada hampir disemua lingkungan
perairan (Wijarni,1998), selain itu Chrysophyta relatif lebih mudah untuk
dicerna di-bandingkan dengan Cyanophyta yang me-miliki kadar mucus tinggi dan
Clorophyta yang memiliki dinding sel yang tebal.
2.3 Analisis
Finansial Tambak Polikultur
Analisis finansial tambak polikultur
bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan atau keuntungan bersih yang
diterima pembudidaya. Analisis
finansial meliputi perhitungan biaya pengeluaran atau biaya operasional tambak
dan pene-rimaan hasil penjualan produksi tambak. Ada beberapa pengeluaran untuk
biaya operasional tambak polikultur dua komo-ditas dan tiga komoditas yaitu
keduk teplok, pemupukan tanah dasar, pemberian kapur atau dolomit, pemberian
saponin dan pembelian benih atau bibit. Total pengeluaran rata – rata untuk
budidaya tambak dua komoditas mencapai Rp. 3.169.556 /ha/mt, sedangkan untuk
budidaya tambak tiga komoditas adalah mencapai Rp. 2.361.994 /ha/mt.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kondisi
lingkungan makro yang merupakan daya dukung tambak polikultur secara topografis
dan geografis memiliki jenis tanah allufial kelabu dengan ke-tinggian 0 – 3 meter
diatas permukaan laut dengan kemiringan kurang dari 2% , bertekstur
lempung liat berpasir sampai liat dengan
kedalaman tanah efektif 90 cm. Sumber air tambak berupa laut yang memperoleh
pasok air tawar dari 5 sungai. Kualitas dan kesuburan air cukup baik dan berada
pada kisaran standard kualitas air untuk tambak. Hutang mangrove seluas 581,955
ha dengan ketebalan 500 meter, kerapatan 1 – 2 pohon / m2 terdapat disepanjang pantai, kiri kana sungai
dan ditanam di pematang tambak adalah merupakan pelindung kawasan tambak
polikultur.
Lebih Tingkat pendidikan budidaya polikultur udang windu dan ikan
bandeng (2 komo-ditas). Tingginya tingkat pendidikan mem-pengaruhi pemilihan
usaha budidaya polikutur melalui pemikiran yang lebih rasional dengan mempertimbangkan
keadaan alamnya. Pengelolaan tambak pada kedua model polikultur dilaksanakan
secara tradisional plus
Dengan di integrasikannya budidaya
polikultur udang windu dan ikan bandeng (2 komoditas), ternyata meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dalam air tambak dan menurunkan kan-dungan amoniak
(NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrit (NO2), Ortho Fosfat (PO43), Biological
Oksigen Demand (BOD) dan kandungan Logam Berat Pb Dalam air tambak. Kecerahan,
alkalinitas, BOD dan kandungan logam Pb pada air tambak budidaya polikultur 3
komoditas berbeda sangat nyata dengan kandungan air pada budidaya polikultur 2
komoditas. Kesu-buran air tambak 3 komoditas lebih tinggi dari kesuburan air
tambak 2 komoditas walaupun secara statistik tidak menunjuk-kan perbedaan yang
nyata.
Produksi tambak 2 komoditas berupa
udang windu 201,11 Kg/ha/mt, ikan bandeng 1180,56 Kg/ha/mt adalah lebih tinggi
dari produksi tambak 2 komoditas berupa udang windu 181 Kg/ha/mt dan ikan
bandeng 198,33 Kg/ha/mt.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2002. Petunjuk Teknis Budidaya Udang. Direktorat Jen-deral Perikanan Budidaya
Direk-torat Pembudidayaan. Program Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Jakarta.
Dahuri
R, Jacob Rais, S.P.Ginting dan H. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Paramitha. Jakarta. Indonesia
Effendi. 1997.
Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 Halaman
Supito,
M. Seri dan Madenur. 2005. Budidaya Terpadu Ikan Bandeng dan Udang Windu,
Kekerangan. Laporan Tahunan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Pusat
Riset perikanan Budidaya Badan Riset kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan
Dan Perikanan. Hal 88-96
Tidak ada komentar:
Posting Komentar